Home CERPEN Untukmu, Harmonia

Untukmu, Harmonia

185
0

Karya : Muhammad Nur Hidayat
Jurusan : Pendidikan Bahasa Arab
Semseter : 3

Part3/Akhir

Matahari yang sore kemarin meninggalkan mereka kini kembali menerangi pagi mereka. Tak ada hal yang istimewa pagi ini, Rayan dan Imon tetap dalam permainan peran mereka yang seperti tidak terjadi apa-apa. Yang ada hanyalah empat manusia yang sedang merebus mi instan dengan kompor portable dan nesting sebelum mereka menikmati air asin milik laut membasahi tubuh mereka, seperti kisah kumpulan pertemanan yang sedang menghabiskan waktu bersama pada umumnya.

Saat mereka baru saja selesai mengepak peralatan, matahari sudah berada sejajar diatas ubun-ubun mereka. Dan kala itu, masih saja tidak ada yang istimewa, hanya kecanggungan antara Rayan dan Imon yang perlahan muncul. Seperti adegan orang yang bersiap pulang pada umumnya, mereka mengendarai motornya, namun kali ini berbeda, tak ada lagi adegan balap-balapan, tak ada lagi adegan teriak-teriakan, yang ada hanya kecanggungan.

Rayan seperti robot kurir Artificial Intelligence yang hanya bisa mengantar paket dan mengoperasikan sepeda motor, Imon seperti manekin yang dibawa oleh si robot untuk diantarkan kepada konsumen, hening.

Motor Rayan dan Upik sudah terpisah menuju arah yang berbeda, Rayan mengerem motornya saat sudah tiba didepan rumah Imon. Imon turun, mengambil barang-barangnya, lalu sebelum Rayan memutar gas motornya, Imon mengeluarkan tiga kata ajaib “Love you,Yan,” Rayan membalasnya dengan senyum dan pipi yang merah tanpa menggunakan blush on. Kalimat ajaib itu membuat bibir Rayan tak kunjung berhenti melengkung selama diatas sepeda motornya.

Jarum pendek pada jam dinding telah berputar tujuh kali setelah hari berkemah mereka berlalu, menandakan bahwa saatnya Prom Night milik kelas akhir SMAN 1 Kotakita dimeriahkan di sebuah hotel yang tidak begitu jauh dari sekolah mereka. Rayan yang baru akan naik kelas akhir hanya bisa melihat acara itu lewat instastory senior-seniornya, berulang kali ia men-tap bagian kanan handphonenya saat melihat instastory, berulang kali juga ia me-refresh instagramnya, namun tak kunjung muncul foto profil imon dalam bar instastorynya.

“Ini gue di hide?” pikirnya bertanya-tanya. Hingga tak lama setelah itu muncul sebuah lingkaran yang berwarna pink dan ungu mengelilingi foto profil Imon pada bar instastorynya. Tidak seperti biasanya, kali ini tidak ada repost foto dengan pria lain didalamnya, berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Imon adalah wanita manis yang tak pernah gagal dalam memilih outfit dan pasti selalu ada laki-laki yang mengajaknya untuk berada dalam satu frame foto, Imon pun selalu merepost fotonya yang dimention oleh para lelaki itu.
Rayan dengan pd-nya merasa bahwa Imon sedang menjaga perasaanya. Ia menyadari bahwa dalam waktu dekat Imon akan segera meningalkan Kotakita dan dirinya dalam kesendirian. Ia segera memikirkan tentang hadiah apa yang akan dia berikan kepada Imon sebelum berangkat meninggalkan kota kecil ini.

Maka terpilihlah barang-barang yang akan ia berikan. Ia akan membelikannya sebuah kalung bunga matahari mengingat Imon adalah seorang perempuan yang suka merawat bunga cantik didepan rumahnya, juga mengingat momen mereka berempat menikmati pemandangan matahari saat tenggelam dipinggir pantai kala itu. Ia juga memberikan replika sertifikat milik Peter Parker yang ia dapatkan saat magang di Stark Industries dan mengganti nama Peter Parker menjadi Harmonia, mengingat Imon adalah perempuan yang sangat menggemari karakter Peter Parker yang sanggup bertahan dalam kehidupannya yang berat dan harus mengemban tugas sebagai Friendly Neighborhood Spider-Man yang selalu menampakkan sikap ceria.

Layaknya karakter fiksi Peter Parker, Imon juga hebat dalam bermain peran. Tak lupa ia menulis sebuah surat untuk Imon dan tentang alasannya memilih dua barang itu.
Enam hari setelah Prom telah berlalu, besok Imon sudah harus berangkat meninggalkan Kotakita untuk mengejar impiannya. Rayan yang ingin mengantarkan hadiah itu kerumah, bingung tentang bagaimana cara memberitahu itu pada Imon.

Bagaimana Tidak?
Grup chat mereka sudah sangat sepi, riwayat terakhir di grup itu adalah satu hari setelah mereka kemah, itupun hanya kiriman hasil dokumentasi mereka disana. Upik menghabiskan sisa waktunya di kota ini bersama Kina, Imon menghabiskannya bersama kawan-kawannya, sedangkan Rayan harus bersiap untuk ujian kenaikan kelas, tak ada lagi komunikasi diantara mereka.

“Sekarang atau tidak sama sekali” begitulah bunyi yang keluar dari kepalanya. Segera ia berangkat menuju rumah Imon dengan motor matic andalannya.
Didepan rumah Imon, ia mengendap-endap lalu meletakkan kotaknya didepan pintu rumahnya. Entah kenapa rasa takutnya bertemu Imon bisa begitu besar, tak bisa ia jelaskan. Ia hanya meninggalkan pesan pada Imon melalui Whatsapp bahwa ia telah meletakkan sesuatu didepan rumahnya.
Mengetahui itu, Imon bergegas mengambil benda yang ditinggalkan Rayan lalu membawanya ke kamar. Tepat setelah membuka kotak, ia menemukan kertas kecil yang bertuliskan “Maaf, gue cuma bisa kasih ini, Mon. Tanggal tua soalnya,” membaca itu Imon. Lalu ia mengenakan kalungnya dan mengisi sertifikat itu di koper untuk dipajang di kamar indekosnya nanti. Imon menyadari bahwa masih ada satu kertas lagi yang belum ia keluarkan dari kotak itu, ia membukanya dan membacanya dengan perlahan.

“Untukmu, Harmonia.
Aku tidak punya ide tentang mengapa aku harus membencimu, tapi untuk mencintaimu aku punya ribuan ide cemerlang. Aku tidak menyangka konser Sheila On 7 pada malam itu bisa mempertemukanku dengan warna cerah yang akhirnya menerangi hari-hariku, dan aku juga tidak menyangka pantai itu menjadi tempat terakhir kita bertemu.
Kamu suka Spider-Man, kan? maaf aku tidak bisa memberikanmu action figure mahal, jadi hanya sertifikat magang itu hal yang terlintas dikepalaku. Oh, ya. Kamu juga suka bunga, kan? aku berikan kalung agar bisa kau pakai dan mengingatku kemanapun kau pergi, aku memilih bunga matahari untuk mengingat momen kita menikmati senja sore itu, tapi jika kau tidak ingin mengenakannya, tidak mengapa.
Kalau kamu masih menerimaku, mari kita bertemu lagi saat usiaku sudah 27 tahun untuk membicarakan pesta meriah kita, jika kau mau sebelum 27 juga tidak mengapa. Namun, jika kamu harus lebih dulu bersanding dengan pria lain, aku harap kamu bisa mengundangku untuk mengisi slot sebagai wedding band untuk memeriahkan hari bahagiamu. Jika persandingan kita nanti terjadi (amin), semoga itu tidak menjadi nexus event yang bisa merusak algoritma semesta paralel seperti Loki dan Sylvie.

Maaf, Mon. Aku tidak pandai dalam hal merangkai kata. Aku hanya ingin kau tau bahwa aku akan terus mencintaimu dan kau akan abadi didalamku, aku hanya ingin kau tau bahwa aku akan terus melangitkan semogaku untukmu, aku ingin kau tau bahwa kepergianmu melunturi warna dalam hidupku.
Clara Harmonia, bahagiamu adalah bahagiaku, sedihmu adalah sedihku. Aku menyayangimu seutuh-utuhnya aku.
-Yang akan selalu menantimu, Rayan.”

Air mata Imon mengucur deras setelah membaca surat kecil dalam kertas sobekan buku ukuran B5 itu. Sungguh, ia tak bisa membendung cairan bening yang keluar dari matanya.
“Apapun semogamu, akan selalu aku aminkan, Yan,” ucapnya kecil dengan air mata yang masih saja belum berhenti.


Hari ini adalah hari ulang tahun Rayan yang ke 27. Untuk memeriahkan itu, ia telah menyewa sebuah gedung dan menyiapkan banyak hidangan untuk seluruh orang yang datang menghadiri pesta ulang tahunnya.
Tidak seperti pesta ulang tahun pada umumnya, yang berdiri didepan tamu kala itu tidak hanya satu orang, Harmonia bersamanya. Benar, ini adalah resepsi mereka berdua sekaligus memperingati hari ulang tahun Rayan yang ke 27.
Ia sungguh tak menyangka dikali pertama ulang tahunnya dirayakan, ia mendapatkan kado terbaik sepanjang hidupnya, Clara Harmonia.
“Mon, aku sayang kamu,” ucap Rayan sebelum mencium dahi Imon didepan khayalak manusia malam itu.

Previous articleUntukmu, Harmonia
Next articleHMJ AKS Adakan Seminar Beasiswa

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here