Home PUISI Mendung di Persahabatan

Mendung di Persahabatan

3
0

Oleh: Marlo
Wartawan LPM Qalamun

Dulu, langkah kita seirama,
tawa berhamburan seperti kicau burung pagi,
gurau ringan menjahit hari-hari,
hingga senja pun terasa singkat.

Kini, jarak tumbuh tanpa aku tahu benihnya,
tatapan yang dulu ramah kini terasa asing,
seperti hujan jatuh di jendela kaca dingin,
bening, tapi tak bisa kusentuh.

Hatiku bagai langit yang berat,
mendung menggantung tanpa kepastian,
antara bertahan menunggu reda
atau menyerah pada badai yang tak kunjung pergi.

Aku bimbang,
langkahku terhenti di persimpangan sunyi,
di mana kenangan hangat masih membisik,
namun kenyataan pahit menutup telinga.

Oh, sahabat…
jika hujan ini hanya sekadar singgah,
semoga pelangi masih mau kembali,
walau hatiku kini terbelenggu
dalam mendung yang tak kutahu kapan luruhnya.

Aku berdiri di bawah langit abu-abu,
memandang titik-titik hujan yang jatuh seperti kenangan.
Apakah aku harus bertahan,
merangkul bayang-bayang yang dulu hangat,
atau melepaskannya agar tak lagi jadi beban?

Aku ingin kembali seperti dulu,
namun jalan terasa berliku dan asing.
Ataukah aku harus mencari arah baru,
meninggalkan jejak yang pernah kita lukis bersama?

Hatiku bimbang, seperti perahu di laut tanpa mercusuar.
Tak tahu harus pulang atau berlayar lebih jauh,
menunggu pelangi yang entah muncul di mana,
atau menciptakan langitku sendiri
meski mendung ini masih menggenggamku erat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here