Oleh: Husaimah
Wartawan LPM Qalamun
Masalah parkiran di kampus seringkali menjadi keluhan klasik yang terdengar hampir setiap hari. Salah satu yang paling sering terjadi akhir-akhir ini adalah jalan masuk ke area parkiran yang terhalang oleh motor mahasiswa. Sekilas hal ini terlihat sepele, tetapi jika ditinjau lebih jauh, persoalan ini menyangkut keteraturan, kenyamanan, bahkan budaya disiplin di lingkungan akademik.
Banyak mahasiswa memilih memarkir kendaraannya di lokasi terdekat dengan pintu masuk dengan berbagai alasan: agar lebih cepat keluar-masuk, tidak perlu berjalan jauh, dan mudah diawasi. Namun, tanpa mereka sadari, perilaku tersebut justru mengganggu lalu lintas di area parkiran kampus. Jalan masuk yang seharusnya menjadi jalur kendaraan berubah menjadi “parkiran dadakan”. Ditambah lagi, banyak motor diparkir dengan stang terkunci sehingga sulit dipindahkan dan menghambat kendaraan lain.
Di sisi lain, masalah ini juga mencerminkan kelemahan sistem pengelolaan parkir kampus. Kurangnya pengawasan dari petugas serta keterbatasan lahan parkir semakin memperparah keadaan. Akhirnya, mahasiswa “mencari jalan sendiri” tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan.
Dampak dari kebiasaan parkir sembarangan ini tidak bisa dianggap remeh. Pertama, aktivitas perkuliahan terganggu karena dosen maupun mahasiswa terlambat akibat jalan masuk terhalang. Kedua, risiko kecelakaan meningkat, misalnya tabrakan kecil antara kendaraan yang keluar-masuk dengan motor yang diparkir tidak pada tempatnya. Ketiga, lingkungan kampus yang seharusnya menjadi ruang belajar yang tertib justru mencerminkan ketidakdisiplinan penggunanya.
Solusi dari masalah ini membutuhkan sinergi antara kampus dan mahasiswa. Pihak kampus perlu membuat sistem parkir yang lebih jelas, misalnya menambahkan rambu, serta meningkatkan pengawasan dan pengaturan kendaraan oleh petugas. Sementara itu, mahasiswa juga perlu meningkatkan kesadaran diri. Kampus bukan hanya milik pribadi, melainkan ruang yang harus dijaga kenyamanannya. Memarkir kendaraan di tempat yang benar adalah bentuk sederhana dari sikap saling menghargai.
Pada akhirnya, parkiran kampus yang tertib bukan hanya soal kendaraan, tetapi juga tentang bagaimana civitas akademika mencerminkan budaya disiplin dan kepedulian terhadap orang lain. Jika hal sederhana seperti parkir saja tidak bisa diatur, bagaimana mungkin kita bisa berharap pada perubahan yang lebih besar di masyarakat?