Home CERPEN Delusi

Delusi

33
0

Nama: Isty Nur Asiah
Jurusan: Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam
Semester: I

Sinar matahari pagi menelusuri sela-sela jendela kamar, menerpa wajah terasa hangat bersamaan jam berdering menunjukkan pukul 06:30. Ingin rasanya berlama-lama bersama kasur ternyaman, namun sadar hari ini belum waktunya untuk rebahan, kubangunkan tubuhku dan pergi membersihkan diri Kukenakan seragam SMA, kupandang dan kurapikan diriku didepan cermin.
“mantap” gumamku
Kuambil tas dan langsung menuruni tangga, dari jarak 2 meter tercium aroma masakan ibu. Tampak sudah ada ayah dan adikku dimeja makan, ku sapa keluarga tercintaku.
“eumm enakk” ujarku pelan
“pagi ayah, pagi ibu, pagi adik bocil ku” sapaku
“pagi anak cantik” jawab ayah
“pagi sayangku” jawab ibu
“pagi kakak” jawab adik
Kuletakkan tasku di kursi dan pergi membantu ibu menata telur mata sapi diatas nasi goreng buatan ibu, sembari itu kucandai ibu.
“ibu belum mandi tapi selalu cantik aja” kataku sambil merayu
“iya dong, ibu gitu loh” jawab ibu sambil tersenyum
“siapa dulu dong istri ayah, pinterkan ayah cari istri” balas ayah
“udah ah, pagi-pagi udah goda ibu, makan dulu” ujar ibu yang tersipu
Mendengar ucapan ibu, kami mengiyakan dengan ceria, sesekali canda tawa, cerita terdengar diatas meja. Keluargaku sederhana namun aku bahagia bersama mereka.

Setelah selesai sarapan ibu mengantar kami kedepan dan kami berpamitan kepada ibu, ayah berangkat kerja dan langsung mengantar zayan adikku ke PAUD, sedangkan aku ke sekolah. Tanpa Xelin sadari salah satu tetangga yang melihatnya kaget, bingung, dan iba. Kulihat jam tangan menunjukkan pukul 07:20, kukayuh sepedaku dengan sekuat tenaga, menghabiskan 10 menit dan finally aku sampai tanpa ada kata terlambat dan hukuman.
“pagi bapak” sapaku kepada bapak satpam
“pagi nak xelin” jawabnya
Ku standarkan sepeda dan berlari menelusuri koridor sekolah yang tak terlalu ramai, menampakkan kelas 12 IPA I kumasuki kelas yang sudah ada penghuninya. Sudah ada kedua teman baikku.
“hai Elsa, Sofia” sapaku dengan ceria
“kamu baik-baik ajakan Xel ?” tanya Elsa serius
“Tumben banget tanya gitu?” tanya Xelin
“Gak apa-apa sih, mata kamu kaya kurang tidur” jawab Elsa khawatir
“aku baik-baik aja kok El” jawab Xelin biasa
Elsa dan Sofia saling pandang dan menghela nafas
“Bagus deh kalau gitu” ujar Sofia
“nanti ada acara gak? Kalau gak ada kita bertiga main yuk” tanya Elsa
“Minggu aja gaksih, soalnya aku mau pindahan” jawab Sofia
“Maaf Aku gak bisa banget kalau hari ini” jawab Xelin
“Ya udah gak apa-apa, nanti minggu aja deh yah gimana?” tanya Elsa
“Siyaapp!” ujar Elsa dan Xelin

Pelajaran pun dimulai oleh ibu Lily dengan mata pelajaran Kimia. Berhubung hari ini hari jum’at hanya satu mata pelajaran siswa dan siswi cepat pulang, pelajaran berlangsung selama 2 jam. Bel pulang berbunyi nyaring, terdengar semua kelas bersorak semasa sekolah memang hal yang menyenangkan apalagi ketika tiba waktu jam pulang. Terlihat sepanjang koridor dipenuhi siswa siswi keluar dengan tertib.
Tiba-tiba handphone Xelin bergetar mengira pesan dari pacar sadar ternyata Xelin jomblo prinsipnya tidak ada dunia cinta-cinta dalam status masih dibangku sekolah, getaran itu merupakan notifikasi pengingat bahwa hari ini Zayan ulang tahun.
“El, Sofi aku duluan ya” ujar Xelin terburu-buru
“Mau kemana sih? Buru-buru banget” tanya Elsa
“ Ada urusan mendadak” jawabnya di iyakan oleh kedua temannya sambil berlari menjauh dari keduanya
Xelin mengayuh sepedanya dan tak butuh waktu lama akhirnya ia sampai ketempat tujuan toko mainan aku membelikan hadiah mobil-mobilan serta balon untuk adikku. Setelah menghabiskan waktu di toko, aku pulang dan kubuka pintu.
“Assalamu’alaikum”
“Sepi, seperti ada yang hilang” gumamku
Xelin memasuki rumahnya dan menuju kamar merebahkan diri, dan terkadang sakit kepalanya muncul bertanya-tanya dimana yang lain, mobil ayahnya sudah terparkir di rumah. Tak lama kemudian ia terlelap dalam kalutnya pikiran yang tiada jawabannya.
Handphone Xelin berdering ia mengira ayah atau ibunya yang menelphone ternyata bibinya adik dari ibu Xelin.
“hallo Xelin, kamu baik-baik aja nak?” tanya bibi
“Iya tante, Xelin gak apa-apa” jawabnya
“Xelin udah makan?” tanya bibi
“udah kok tan” jawabnya
“ya udah kalau gitu, besok tante kerumah kamu ya” ujar bibi
“ iya tante” jawabnya
Xelin melihat jam di handphone ternyata sudah menunjukkan 19:10 malam, ia berganti pakaian dan langsung menuruni tangga. Dan menghidupkan saklar lampu.
“kenapa belum pulang, kenapa ibu gak bangunin aku sih” gumamnya
Xelin menuju dapur untuk makan, ketika ia menyalakan saklar lampu ia terkejut ternyata ada ayah ibu dan adiknya sedang duduk diruang makan dengan berbagai makanan di meja makan, ada kue ulang tahun adiknya, balon, hadiah.
“ibu kok gak bangunin aku?” tanyaku
“ibu bangunin sayang, cuman kamunya aja yang susah dibangunin, sini duduk” jawab ibu
“terus kenapa rumah gelap gini, duduk disini juga kenapa harus gelap-gelapan?” tanyaku
“sengaja sayang, biar suprise” jawab ayah
“kan yang ulang tahun adek” jawabku dengan mata yang berkaca-kaca
“kakak udah besar cengeng ah” ujar adikku
“yee biarin abisnya pulang sekolah sepi amat rumah kayak gak ada penghuninya” jawabku
“udah ah, jangan mikir yang enggak-enggak” ujar ibu

Ku ambil kue ulang tahun adik dan ku nyalakan lilinnya, meminta pada adikku untuk meniupnya, serta ku berikan hadiah yang kubeli tadi kepadanya. Malam ini ayah ibu adik dan diriku bersenang-senang merayakan ulang tahun Zayan, sesekali bercerita tentang kegiatan masing-masing dihari ini, dan menonton film bareng di ruang keluarga. Tak terasa malam telah usai tergantikan dengan mentari pagi. Ibu ku yang memasak didapur, ayah ku menonton televisi, adikku bermain robot-robot di dekat ayahku. Sungguh hari yang cerah.
“ibu butuh bantuan ku enggak nih?” tanyaku
“sayang ibu minta tolong siramkan bunga-bunga ibu dihalaman samping rumah ya” pinta ibu
“siyaapp bu” ujarku penuh semangat
Seperti yan ibu pinta untuk menyiram tanaman bunga-bunga, memang layu seperti tak terurus kusiram dengan baik sesekali kucabut rumput-rumput yang mulai tumbuh.
“kakak ?” panggil zayan
“iyaa dek” jawabku
“Aku juga mau siram” pintanya
“Biar kakak aja yaa, soalnya zay udah mandi nanti basah” ujarku
Adikku yang tak kuizinkan membantu akhirnya masuk, tanpa sadar dari jauh ada seseorang yang memperhatikan Xelin dengan bingung. Hari mulai mendung sinar matahari mulai redup, menandakan hujan mulai turun. Kududukkan tubuhku di ruang tamu kumainkan handphone membalas pesan-pesan yang belum sempat kulihat dan sesekali melihat keluarga kecilku melakukan aktivitasnya masing-masing. Bersamaan hujan turun dengan deras suara mobil terdengar dihalaman rumah.
“Assalamu’alaikum”
“wa’alaikumussalam” jawabku
“silahkan duduk om, tante” pintaku dan diiyakan oleh mereka
“Aku panggilin ayah ibu dulu ya tan” ujarku dihentikan oleh bibi
“Gak usah sayang” jawab bibi
Tiba-tiba bibi memelukku dan menangis, paman meneteskan air mata dalam tundukkannya. Aku bingung ada apa ini.
“Xelin kamu harus ikhlas, kamu harus kuat. Ingat nak ayah ibu dan adikmu sudah tenang disana” ujar bibi
“ahah gak mungkin tante, mereka ada kok” jawabku menolak
“Xelin, tetangga lihat kamu mereka telfon tante soal kamu, ngomong sendiri” tambah bibi
“Gak tante, mereka ada kok. Tante gimana sih” jawab ku lagi tegas
Xelin dengan gigih menolak karena ucapan bibinya tak masuk akal tiba-tiba datang dan mengatakan hal-hal yang membingungkan. Xelin mengajak paman dan bibinya untuk kebelakang memperlihatkan ayahnya yang sedang menonton televisi bersama adik kecilnya, ibunya yang sedang berkutat didapur.
“ayo tante” pinta Xelin dan diikuti paman dan bibinya
Betapa terkejutnya paman dan bibinya, melihat pemandangan rumah Xelin, ruang televisi terhambur popcorn, kopi tumpah dan mainan. Sedangkan dapur terhambur bungkusan makanan sayur-sayuran sudah membusuk, diatas meja makan terhambur kue ulangtahun, balon yang sudah meletus, dan ada kado terbungkus, piring sendok dan gelas empat pasang masih bersih belum tersentuh. Namun Xelin bukan terkejut sebab itu semua, ia terkejut mengapa ayah ibu dan adiknya tidak ada kemana mereka.
“Ayok Xelin kita duduk dulu diruang tamu” ujar bibi sambil menuntun Xelin
Xelin tak mendengar apa yang paman dan bibinya ucapkan sedari tadi, ia masih menerka-nerka menjernihkan pikirannya namun hanya satu yang ia dengar dari ucapan bibinya.
“sayang, ayah ibu dan adik kamu, udah meninggal 2 hari yang lalu karena kecelakaan.” Jelas bibi
Xelin keluar dari rumah bibi ingin menghentikannya namun dihentikan oleh pahan, tanda biarkan Xelin menenangkan diri, sedang hujan mengguyur dengan deras bersamaan itu air matanya luruh suaranya terisak, ia lari tanpa alas kaki membelah jalanan yang sepi. Teringat semua seakan puing-puing fakta mulai muncul dipikirannya.
“kenapa begini? Kemarin bukannya kita masih bersama, tadi malam kita bersenang-senang bersama” gumamnya dengan terisak
Setelah berlarian ia memasuki tempat yang ia tuju, yaitu makam terukir nama ayah, ibu dan adiknya yang tercinta. Ia duduk meringkuk sesekali menahan perih kakinya yang tergores batu sebab berlarian.
“Maafin aku ayah, ibu, zayan. Xelin baru hari ini berani datang kesini. Kenapa kalian tega ninggalin Xelin sendiri, Xelin gak semandiri itu kehilangan ayah, ibu.” Rintih Xelin
Saat Xelin membuka mata aroma obat menyeruak ke indra penciumnnya. Ternyata Xelin berada dirumah sakit sebab Xelin ditemukan oleh paman dan bibinya tergeletak dikuburan samping makam keluraganya, dan langsung dilarikan kerumah sakit.
“eungghh, kepalaku sakit sekali” gumamnya sambil melihat sekeliling tiada terlihat paman dan bibinya
Menatap lampu dikamar beraromakan obat, merasakan perih cairan infus meranah disetiap pembuluh darah. Teringat jelas momen kebahagiaan bersama keluarga tercinta, keluarga yang ia berharap selalu bersamanya. Tanpa permisi bulir-bulir air mata meneteskan diri.
“Maafkan Xelin ayah ibu, Xelin belum bisa menjadi anak yang baik, anak yang membanggakan ayah ibu.”ucapnya
“Maafin Xelin zayan, Xelin belum bisa menjadi kakak yang baik untuk zayan.” Tambahnya
“Aku rindu. Aku rindu canda tawa itu, aku rindu nasehat, lelucon ayah, aku rindu pelukan, masakan ibu, aku rindu rengekkan dan tingkah laku adikku. Aku rindu kalian.” Ucap Xelin terisak
Pintu ruangan terdorong menampakkan bibi dan paman membawakan makanan dan buah-buahan, melihat Xelin telah bangun dan memeluk mengusap bahunya dengan lembut karena terlihat Xelin sedang menangis.
“sabar ya sayang. Gak apa-apa ikhlasin ayah, ibu dan adikmu, kamu gak sendiri Xelin, kamu tinggal sama paman dan bibi. Udah ya, Xelin sembuhin sama kita sama-sama. Kita makan dulu ya” ucap bibi yang sama terisak sebab sedih kehilangan sosok kakak tercintanya.

*THE END ~*

“Merindu ayah ibu dan adik tak apakan ? sebab seluruh dunia menggantikan sosok itu, tak akan pernah bisa. Maafkan aku yang terlihat menyedihkan, aku akan berusaha untuk tetap hidup walaupun tanpa kalian, pelangi hidupku masih ada meskipun cahaya warnanya telah sirna, keluarga tercinta ku kalian tetap ada walaupun hanya dihatiku. Tunggu aku di sana, nanti kita akan bersama-sama lagi untuk waktu yang lama.”

Previous articleSang Panggung Kekuasaan
Next articleHarapan Kecil

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here