Nama: Rosdiana
Jurusan: Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Semester: I
Malam merangkak perlahan di atas langit yang telah memudar, menutupi kota dengan ketenangan yang hampir bisa dirasakan. Di sebuah taman yang terletak di pinggir jalan utama, seorang wanita duduk sendiri di bangku kayu. Namanya Lara. Tangannya menggenggam secangkir kopi yang sudah lama dingin, tapi ia tak peduli. Hanya diam, menatap langit senja yang semakin gelap.
Bagi Lara, kesendirian adalah teman lama yang sulit untuk dijauhkan. Dia sudah terbiasa dengan sepi. Dulu, kesepian datang seperti awan mendung, menggelayuti hatinya, membuatnya merasa seperti berada di tengah keramaian, tetapi tetap terasa sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, kesendirian itu menjadi lebih dari sekadar ketiadaan orang lain. Kesendirian adalah sebuah ruang yang dia ciptakan sendiri, ruang di mana dia bisa mendengar suara hatinya, merenung tentang hidup, dan mencari arti dari segala sesuatu yang tak terjawab.
Sejak beberapa tahun lalu, setelah kepergian orang yang sangat dia cintai, Lara merasa kehilangan. Tidak hanya orang itu yang hilang, tetapi juga segala bentuk kebahagiaan yang pernah dia rasakan bersama. Kehilangan itu datang begitu mendalam, dan meskipun dia berusaha untuk melanjutkan hidup, ada banyak bagian dari dirinya yang tidak pernah utuh lagi.
Namun, setiap kali malam tiba, dan kesendirian menyapanya, Lara merasa sesuatu yang tak bisa dia ungkapkan. Kadang, dalam kesendirian, dia merasa lebih hidup—lebih sadar akan setiap detik yang berlalu. Seperti malam ini, misalnya. Suara langkah kaki yang semakin berkurang di jalan setapak, hembusan angin yang menerpa wajahnya, semua itu membawanya pada sebuah perenungan yang mendalam.
Di bangku itu, Lara mengingat kembali wajah orang-orang yang pernah ada dalam hidupnya, yang kini sudah menjadi kenangan. Entah kenapa, dalam kesendirian, kenangan-kenangan itu menjadi lebih hidup. Seolah mereka berbicara padanya, mengingatkannya tentang masa-masa indah yang tak pernah bisa kembali. Dia tersenyum tipis, berusaha menerima kenyataan bahwa waktu tak bisa diputar ulang.
Tetapi kesendirian bukan hanya soal kehilangan. Lara mulai menyadari bahwa kesendirian juga memberi kesempatan untuk mengenal diri sendiri lebih dalam. Tanpa gangguan, tanpa harapan orang lain, dia bisa merasakan kebebasan yang selama ini dia cari. Ada rasa damai dalam kesendirian, yang meskipun terkadang menyakitkan, juga memberi ruang untuk bertumbuh.
Senja akhirnya tenggelam, dan langit berubah menjadi hitam pekat. Lara berdiri, memandang ke arah jalan yang kosong. Tanpa suara, tanpa langkah kaki lain yang mengiringinya. Tapi kali ini, dia merasa tidak terlalu sepi. Di dalam hatinya, ada kedamaian yang tak terganggu oleh kehadiran orang lain. Kesendirian itu tidak lagi terasa menakutkan. Sebaliknya, dia merasa lebih kuat dan lebih utuh.
Dengan langkah tenang, Lara meninggalkan taman itu. Mungkin esok, ia akan kembali ke sana. Tidak lagi untuk mencari seseorang, tetapi untuk merayakan kebebasan dalam kesendirian. Karena terkadang, untuk menemukan kebahagiaan, seseorang harus terlebih dahulu belajar untuk menikmati kesendiriannya.