Home CERPEN Last School

Last School

24
0

Nama: Suci Tri Pratiwi
Jurusan: Pendidikan Bahasa Arab
Semester: I

Pagi itu di SMA Hanseong, murid-murid sibuk dengan pelajaran. Namun, di laboratorium sains, sebuah eksperimen yang gagal menjadi awal dari kehancuran. Seekor tikus percobaan yang terinfeksi menggigit seorang siswa, Kang Min Ho, memulai penyebaran virus mematikan.

Virus itu mengubah korban menjadi makhluk buas seperti zombie, yang menyerang siapa saja tanpa ampun. Dalam waktu singkat, seluruh sekolah berubah menjadi neraka.

Beberapa jam kemudian, saat istirahat di kantin, Min Ho tiba-tiba terjatuh ke lantai. Teman-temannya berusaha membantunya, tetapi tubuhnya mulai bergetar hebat. Saat matanya terbuka, terlihat merah darah. Ia menyerang siswa lain, menciptakan kekacauan di kantin.

Korban yang tergigit berubah menjadi makhluk buas dan mulai menyerang siswa lainnya. Jeritan memenuhi sekolah, dan situasi berubah menjadi bencana dalam sekejap.

Bertahan Hidup
Sekelompok siswa dari kelas 3B, yaitu Ji Eun, Min Jae, Soo Yeon, Ho Jin, dan Da Eun, segera melarikan diri ke lantai atas. Dalam perjalanan, mereka menghadapi berbagai rintangan, termasuk lorong penuh zombie.

Di tengah perjalanan, mereka menemukan Guru Seo Joon yang terluka. Dengan berat hati, mereka menerima kunci laboratorium darinya sebelum meninggalkannya demi keselamatan mereka.

Soo Yeon memimpin kelompok menuju atap sekolah, di mana mereka menemukan sinyal radio yang menyatakan bahwa tim penyelamat akan tiba dalam dua jam. Namun, zombie mulai mengepung sekolah, dan mereka harus bertarung untuk bertahan hidup.

Perjuangan di Sekolah
Di atap sekolah, kelompok itu menyusun strategi sambil mengawasi situasi di bawah. Kota Incheon terlihat kacau, jalanan dipenuhi zombie, dan sirene darurat bergema di mana-mana. Mereka sadar bahwa helikopter penyelamat mungkin tidak cukup cepat datang.

Kim Soo Yeon berdiri tegar. “Kita harus mencari cara untuk bertahan. Jika zombie berhasil mencapai atap, kita tidak akan punya waktu untuk menunggu tim penyelamat.”

Lee Min Jae mengangkat tongkat basketnya. “Aku bisa menjaga tangga. Kalau mereka naik, aku akan menghalangi.”

Park Ji Eun, yang terkenal pintar, membuka tasnya. “Aku mengambil beberapa bahan kimia dari laboratorium tadi. Kalau kita bisa membuat sesuatu seperti bom asap, itu bisa memberi kita waktu.”

Jung Ho Jin memeriksa walkie-talkie. “Aku akan mencoba terus mendapatkan sinyal. Kalau ada masalah di jalur penyelamat, kita perlu tahu lebih dulu.”

Namun, Choi Da Eun, yang masih terguncang, duduk di sudut sambil memeluk lututnya. “Aku tidak bisa… Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.”

Soo Yeon mendekatinya, memegang bahunya erat. “Da Eun, kami butuh kamu. Kita semua takut, tapi kita tidak bisa berhenti sekarang. Ingat, ini bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk orang-orang di luar sana yang masih hidup.”

Dengan motivasi itu, Da Eun berdiri meskipun tangannya gemetar.

Serangan di Atap
Satu jam berlalu, dan suara langkah zombie mulai terdengar dari tangga menuju atap. Min Jae berdiri di depan tangga, siap melawan. Dengan bantuan Soo Yeon, mereka memblokir pintu menggunakan meja dan kursi.

Namun, zombie terus mendesak. Dalam kekacauan, salah satu zombie berhasil mendobrak penghalang dan hampir menyerang Da Eun. Min Jae menyelamatkannya dengan tongkat basketnya, tetapi tangannya terluka karena gigitan kecil.

“Min Jae!” Soo Yeon berteriak panik, menyadari luka itu.

Min Jae tersenyum pahit. “Tidak apa-apa. Aku akan membantu kalian sampai akhir.”

Di sisi lain atap, Ji Eun berhasil membuat bom asap sederhana. Dengan bantuan Ho Jin, mereka menyalakan bom itu untuk menghalangi pandangan zombie.

“Bomnya berhasil!” seru Ho Jin. Zombie mulai kacau karena asap tebal.

Namun, jumlah zombie terus bertambah. Saat mereka mulai kehabisan tenaga, suara baling-baling helikopter terdengar dari kejauhan.

“Helikopternya datang!” Ho Jin berteriak sambil melambai ke arah langit.

Pertarungan Terakhir
Zombie menyerbu tangga, dan kelompok itu berjuang mati-matian untuk mempertahankan posisi. Ji Eun melempar bom asap terakhir, sementara Soo Yeon dan Da Eun memukul zombie dengan alat yang mereka temukan.

Min Jae, yang tahu waktunya terbatas, membuka jalan bagi teman-temannya menuju helikopter. “Cepat naik! Aku akan menahan mereka!”

Soo Yeon mencoba menariknya. “Kita bisa keluar bersama!”

Namun, Min Jae menolak. “Aku sudah tergigit, Soo Yeon. Aku tidak bisa ikut. Tapi aku bisa memastikan kalian selamat.”

Dengan air mata berlinang, kelompok itu masuk ke helikopter, meninggalkan Min Jae yang terus bertarung hingga akhirnya jatuh ke kerumunan zombie.

Harapan Baru
Di dalam helikopter, suasana sunyi. Soo Yeon menatap ke luar, melihat Min Jae yang telah mengorbankan dirinya demi mereka. Da Eun memeluk Ji Eun erat, sementara Ho Jin memegang walkie-talkie, memastikan mereka tetap terhubung dengan tim penyelamat.

Setelah beberapa saat, suara pilot terdengar. “Kami menuju zona karantina di Pulau Jeju. Kalian aman sekarang.”

Soo Yeon mengepalkan tangannya. “Tidak. Kami belum selesai. Masih banyak orang di luar sana yang butuh bantuan.”

Ji Eun mengangguk. “Min Jae mengorbankan dirinya untuk kita. Kita harus memastikan pengorbanannya tidak sia-sia.”

Akhir yang Kelam
Di zona karantina, mereka disambut dengan pemeriksaan ketat. Kim Soo Yeon, yang mengambil peran sebagai pemimpin kelompok, bersumpah untuk terus berjuang demi mereka yang telah gugur.

Sambil menatap sisa-sisa kota yang hancur, Park Ji Eun berkata lirih, “Ini bukan akhir. Kita harus bertahan, untuk Min Jae dan semua yang telah kita kehilangan.”

Mereka tahu bahwa perjuangan baru saja dimulai, dan ancaman masih mengintai di luar sana.

Previous articleTakdir Menulis Kisah Kita
Next articleLima Singgit

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here