Oleh: Deana Vita Yolandia
Wartawan LPM Qalamun
Grup kami bernama Wacana, bukan tanpa alasan.
Soalnya, setiap rencana yang muncul di grup hampir pasti berakhir jadi… ya, wacana.
Grup ini terbentuk sejak bulan Juli, tepatnya tanggal 05.
“Guys, bikin agenda bukberyuk.”
“Weh, info nongki dong. Udah lama gak ngumpul.”
“Foto studio yukk.”
Semangat banget di awal. Tapi ujung-ujungnya?
“Maaf ya, aku gak bisa. Ada urusan mendadak.”
“Eh, masih sibuk banget aku sekarang.”
“Aku gak ikut ya, motornya tiba-tiba dipakai.”
Dan yang paling sering: “Lain kali aja ya, guys!”
Kami ber-11 udah kenal sejak zaman sekolah. Dari yang kalem sampai yang rame, semua ada.
-Ratna, si bocil paling update drama Korea.
-Nanda, si paling tukang ngeroasting + tukang ngamuk.
-Retno, si pendengar setia. Sekali ngomong bisa bikin semua diem + juga tukang tantrum.
-Tasya, si paling kalem, tapi kalau udah ngambek… serem.
-Ira, si paling sering ketawa sampe “ngik ngik.”
-Bintun, si paling random + freak banget, tapi paling care.
-Naspa dan Naswa, si kembar vibes (tapi bukan kembar darah). Bedanya:
-Naspa super receh + suaranya kayak toa,
-Naswa kalem banget.
-Olip, si paling suaranya kecil banget sampai gak kedengeran dia ngomong apa.
-Anggi, si paling semangat ngajak ngumpul, tapi paling sering gak datang.
-Dan terakhir, Yolan, si admin grup. Lemah lembut, penyabar, gak pernah marah-marah, tapi… paling besar suaranya!
**
Setelah lulus MA, kami semua melanjutkan masa depan masing-masing. Ada yang di Surabaya, Manado, dan Palu. Tapi satu hal yang gak pernah berubah, meski jarang ketemu, hati kami gak pernah jauh.
Grup Wacana selalu hidup. Kadang isinya spam stiker, kadang drama receh, kadang nge-review hal-hal gak jelas.
**
Flashback (masa putih abu)
Suatu hari, satu chat dari Naspa bikin semua terdiam:
> “Guys, aku pindah sekolah ke Kota Palu besok. Gak tahu kapan bisa ketemu lagi…”
Lalu muncul pesan dari Anggi:
> “Fix. Kita harus ketemu. Gak ada alasan. Gak boleh wacana lagi.”
Dan semuanya setuju.
Malam itu, kami semua benar-benar datang dan ngumpul di rumah Naspa, sekalian ngerayain ulang tahunnya.
Kami excited banget bawa kue untuk Naspa. Tapi saat kami sampai di rumahnya, ternyata Naspa sudah berangkat ke Palu, dijemput oleh tantenya.
Kami sedih sekali karena terlambat datang.
Akhirnya, kue tersebut kami berikan ke mamanya.
**
Malam itu, kami sadar:
Wacana boleh sering gagal, tapi rasa sayang ini gak pernah setengah-setengah.
Karena pertemanan sejati gak diukur dari seberapa sering ketemu, tapi seberapa kuat kamu tetap saling pegang meski cuma lewat layar kecil dan kata-kata seadanya.
Wacana.
Nama grup yang katanya cuma omong kosong.
Tapi di balik itu, tersembunyi cinta, tawa, dan kenangan yang gak akan pernah jadi wacana.







