Oleh: Luli Afianti
Pengurus Redaksional
Ada kata yang kini tak lagi kucari,
harapan yang kupeluk pun perlahan kulepas.
Bukan karena tak pernah bermakna,
melainkan karena lelah
menunggu sesuatu yang tak kunjung pulang.
Aku pernah menyimpan rasa,
seolah ia punya tujuan.
Namun waktu mengajarkanku satu hal:
tidak semua yang dijaga
ditakdirkan untuk menetap.
Dan di titik itu, aku berhenti bertanya
tentang “mungkin” diantara kita.
Hati ini tak lagi berharap menjadi milik siapa pun.
Ia kupulangkan pada diriku sendiri,
Maka kuguratkan namamu dalam aksara pilu,
kubuat ia abadi meski tak pernah memiliki wujud.
kini kubiarkan luruh bersama senja—
tanpa dendam, tanpa doa yang berlebih.
Semesta pun tak memintaku bertahan,
Ia hanya mengajarkanku menepi.
Seperti kata maryam, karena sejatinya hidup ini hanyalah tentang menunggu.
Menunggu kita untuk menyadari; Kapan kita akan berhenti menunggu.







