Home PUISI Sumatra Menunggu Tanggung Jawab

Sumatra Menunggu Tanggung Jawab

8
0

Oleh: Zul Syahrul Ramadhan
Wartawan Magang

Banjir itu bukan kecil,
seribu lebih nyawa hilang,
ribuan orang mengungsi,
rumah hanyut seperti tak pernah dihuni.
Namun negara memilih kata yang aman,
agar tanggung jawab tak ikut tenggelam.

Air datang membawa kayu gelondongan,
katanya tak bertuan.
Padahal hutan tak pernah
berjalan sendiri ke sungai.
Kayu ditebang, dilepas,
lalu alam dipaksa jadi kambing hitam.

Di tengah lumpur dan tangis,
pejabat datang dengan kamera.
Sepatu bersih, rompi anti peluru,
pidato singkat lalu pergi.
Derita dijadikan latar,
empati sebatas pencitraan.

Katanya anggaran sudah keluar triliunan,
tapi rakyat hanya merasakan
remah yang disebut bantuan.
Sisanya menguap di laporan,
sementara dapur pengungsian
hidup dari rakyat
yang saling menolong rakyat.

Saat tangan dari negeri lain datang membantu,
negara menolak atas nama martabat.
Ironis,
karena martabat itu
tak pernah dirasakan
oleh mereka yang tidur di tanah basah.

Sumatra bukan tanah kosong,
bukan kolom kecil di berita sore.
Di sini ada nyawa,

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here