Home CERPEN Between Us

Between Us

44
1

Nama: Munifa
Jurusan: Tadris Bahasa Inggris
Semester: I

Suara bangku yang di tarik mengalihkan atensi seorang gadis yang sedang asyik makan, “hai, cantik.” Terdengar sapaan dari seorang pria yang duduk tepat di depannya.
Alkana Queenza, Gadis yang akrab disapa Kana itu mengerutkan keningnya “kita kenal?” Tanya nya
Tak menghiraukan pertanyaan Kana, Pria itu mengulurkan tangannya “ini kita mau kenalan Sean, Sean Thunderico.”
Kana membalas uluran tangan Sean “Nama Lo aneh. Anyway, gue Alkana Queenza panggil aja Kana.”
“Lo doang yang bilang nama gue aneh.”
“Eits” seorang gadis datang lalu segera melepaskan jabatan tangan Sean dan Kana “mau ngapain Lo Disini? Mau modusin temen gue Lo yaa?”
“Kamu kenal, Sa?” Tanya Kana
Sasa, sahabat karib Kana itu mengangguk “Yaelah, Na. Lo doang kali yang kagak kenal Ama ni bocah, hampir semua cewek di kampus kenal ama dia, Sean Thunderico si buaya darat.”
“Bukan buaya darat juga kali, Sa. Nambah relasi doang” Sean mencibir.
Sasa tersenyum sinis “relasi mata lo burem, mending lo cabut deh.” Gadis itu lalu duduk di sebelah Kana.
“Sensi amat dah lo” Sean kemudian berdiri dan berlalu sambil melambaikan tangan nya ke arah Kana” bye cantik”.
Sasa bergidik ngeri “dasar buaya. Na, gue saranin jauh-jauh dah dari tuh cowok biar Lo kagak sakit hati”.
Kana mengangguk,” iya-iya. Yaudah gausah dipikirin makan aja yuk” gadis cantik itu menyodorkan semangkuk bakso yang sudah hampir dingin.
Kedua gadis itu pun menyantap makan siang sambil bercerita panjang lebar.

Ketika hendak pulang, Kana kebingungan karena motor matic kuning yang biasa menemaninya kemana-mana itu mendadak mati “duh jangan mogok sekarang dong” batinnya, gadis itu mencoba menyalakan motor nya berkali-kali namun tetap saja hasil nya nihil.
Tiba-tiba, ada sebuah motor berhenti tepat di sebelah Kana, “motor nya lagi mogok ya?” Terdengar suara menyebalkan dari seorang cowok yang ditemui Kana siang tadi.

“Enggak, lagi joget. Udah tau mogok pake nanya lagi”
“Ohw, mogok. Sini gue bantuin” Sean turun dari motornya kemudian mencoba menyalakan motor Kana tetapi tetap saja tidak bisa.
“Yah motor lo harus dibawa ke bengkel nih” ujar Sean
“Terus gimana dong?” Tanya Kana
Sean mengendik kan bahunya” terserah elo sih. Balik bareng gue, mau? Biar Lo nggak perlu bayar gojek lagi “ujarnya memberi saran
Kana menyipitkan matanya “lo nggak lagi modus kan?”
“Yaudah kalo nggak mau. Tapi ati-ati ya soal nya udah mau malem, biasanya kalo malem banyak makhluk ghaibnya.” Ucap Sean setengah berbisik.
Ia lalu dia menyalakan motornya dan bersiap untuk pergi.
Kana memperhatikan sekelilingnya yang sudah sepi “kayaknya gue nebeng bareng elo aja deh” gadis itu buru-buru naik ke boncengan belakang Sean dengan penuh keterpaksaan “sekali ini doang yaa, entar bensin lo gue bayarin.”
“Dih emangnya gue cowok apaan. Simpan aja duit lo buat jajan besok”. Sean kemudian mulai menjalankan motornya.
Sepanjang perjalanan mereka berdua mengobrol panjang lebar, ternyata Sean tidak seburuk apa yang ada dipikiran Kana. Cowok itu cukup asik dan nyambung ketika bercerita dengan Kana, walaupun kadang pertanyaan yang diajukan Sean cukup di luar nalar.
Sesampainya di depan rumah Kana, gadis itu turun lalu berterima kasih pada Sean “thanks ya. Pulang gih udah mau malem ntar lo dicariin nyokap Lo lagi”.
“Yah, udah disuruh pulang padahal gue pengen ketemu nyokap lo”.
Kana mengerutkan keningnya “mau ngapain Lo ketemu nyokap gue?” Tanyanya
“Mau nanya kira-kira kriteria calon mantu nyokap lo gimana ya, mau join soalnya.” Jawab Sean disertai dengan senyum tengilnya.
“Cowok stres” Kana tidak habis pikir dengan kelakuan cowok itu “dah balik Sono lu”
Gadis itu berbalik hendak masuk ke gerbang rumahnya namun ditahan oleh Sean. “Eh bentar, boleh pinjam hp lo buat nelfon nggak? Soalnya Hp gue ketinggalan kayaknya”.
Kana mengangguk lalu memberikan handphonenya tanpa curiga, cowok itu pun mulai menelfon menggunakan hp milik Kana.
Suara deringan terdengar dari saku sebelah kanan Sean, ia lalu mengeluarkan handphonenya dari saku itu lalu mematikan panggilan dari hp Kana.
“Makasih nomornya ya cantik, jangan lupa disimpan Sean ganteng” cowok itu tanpa rasa bersalah mengembalikan handphone Kana lalu melaju meninggalkan gadis itu yang terheran-heran dengan tingkah ajaibnya.

Berbulan-bulan setelahnya hidup Kana tak lagi sama semenjak ia bertemu makhluk aneh bernama Sean. Hari-hari nya selalu diisi oleh tingkah random Sean, hingga mereka semakin dekat. Kana akhirnya menyadari kalau ia menyukai Sean, hanya saja ia masih ragu dengan sikap sean. Karena di satu sisi terkadang Sean memperlakukannya dengan sangat baik, perhatian, dan penyayang, Sean bahkan sering datang ke rumah Kana. Tapi di sisi lain Sean juga dekat dengan beberapa teman kampus perempuannya.
Hari ini Kana dan Sean sudah janjian akan pergi ke Gramedia, akan tetapi sudah dua jam lebih Kana menunggu tapi Sean tidak juga datang.
Hingga akhir nya Kana menghubungi Sasa, sahabatnya untuk menemaninya pergi ke Gramedia karna Sean berkata bahwa ia ada urusan keluarga.

Ketika sampai di Gramedia, kedua gadis itu memutuskan untuk membeli cukup banyak buku karna keduanya sama-sama pecinta buku. Saat hendak membayar, mata Kana tak sengaja melihat siluet sepasang remaja yg sedang tertawa di cafe depan Gramedia. Ia mengenali pasangan itu, Sean dan seorang mahasiswi dari Jurusan Ekonomi. Gadis itu mendengus pelan “cowok brengsek” gumamnya dalam hati.
“Kenapa, Na?” Pertanyaan dari Sasa mengalihkan perhatian Kana, “hah? Ohw gapapa. ke cafe yuk!” Ia menarik tangan Sasa keluar dari Gramedia setelah selesai membayar buku-buku mereka.

Saat di cafe, mereka berdua tak sengaja bertemu dengan seorang mahasiswa dari kampus yang sama dengan mereka. Cowok itu ternyata mengenal Sasa karna dari jurusan yang sama.
“Na, kenalin ini temen gue namanya Aksa” Sasa memperkenalkan cowok itu pada Kana.
“Aksa” cowok tinggi bernama Aksa itu menjulurkan tangannya.
Kana tersenyum tipis lalu menjabat tangan Aksa “Alkana Queenza, panggil aja Kana”.

Setelah perkenalan di cafe pada hari itu, Kana dan Aksa menjadi lebih dekat. Walaupun Kana masih menyukai Sean, ia berusaha untuk bersikap biasa saja padanya. Setelah pendekatan selama beberapa Minggu, pada akhirnya Kana pun berpacaran dengan Aksa. Karena Aksa adalah salah satu idola kampus, maka berita mereka berpacaran cukup membuat heboh orang orang. Sampai pada akhirnya, Sean pun tahu akan hal itu.

Setelah makan siang, Sean pergi menghampiri Kana di kelasnya. Kelas itu kosong karena memang hanya tersisa Kana yang mencatat beberapa tugas di dalamnya sedangkan yang lain telah pergi.
“Na, boleh ngomong bentar?” Tanya Sean
“Boleh, kenapa Sean?”
“Tentang lo sama Aksa, itu bener?” Tanya Sean lagi
“Iyaa” jawaban Kana cukup menusuk bagi Sean.
“Ternyata gue telat ya, Na. Kalo gue bilang gue suka sama lo, lo bakal percaya?”
Kana menghentikan kegiatan menulis lalu menatap Sean yang duduk di depannya “becandaan Lo nggak lucu, Sean.”
“Gue nggak becanda, Na. Gue emang suka sama lo tapi gue selalu ragu. Pas gue tau Lo pacaran sama Aksa rasanya gue nggak terima” ujar Sean
Ingin rasa nya Kana berteriak kepada cowok di depannya “kenapa nggak dari dulu” tapi gadis itu hanya bisa mengunci rapat mulutnya.
Sorry Sean, tapi gue udah pacaran sama Aksa” Kana buru-buru berdiri kemudian membereskan semua barang-barangnya, ia tidak ingin berlama-lama bersama Sean, ia takut hatinya akan kembali goyah. Ketika hendak pergi, Sean menahan tangan kana.” Lo beneran nggak ada rasa apa-apa sama gue? Lo beneran sayang sama Aksa?”
Kana terdiam. Ia menghela napas berat, “iya gue nggak ada rasa apa-apa sama lo, selama ini gue cuma nganggep lo temen. Dan gue sayang sama Aksa.” Gadis itu menarik tangan nya “sorry, takutnya ada yang liat. Gue nggak mau Aksa salah paham” ia lalu pergi meninggalkan Sean.

Ketika keluar dari kelas, Kana tidak menyadari kalau Aksa telah menunggunya sedaritadi.
“Na, kalo jalan itu pikiran jangan kemana-mana entar nabrak loh”.
Kana menoleh dan menemukan pacarnya sedang bersandar di dekat pintu kelasnya tadi.
“Kamu tadi lihat?” Tanya Kana, ia takut Aksa akan berpikiran aneh-aneh tentangnya dan Sean.
Aksa mengangguk. “It’s okay. Aku tau kamu nggak bakal macam-macam. Makan yuk, lapar kan?” Tanyanya
Kana tersenyum, ia lalu merangkul pacarnya itu “iyaa aku laper banget”.
Kana sadar mungkin sekarang ia belum bisa menyukai Aksa sepenuh nya tapi ia akan berusaha untuk bisa mencintai cowok itu karna ia tau Aksa akan selalu memperlakukan dengan baik dan ia tidak akan mendapat sosok Aksa pada orang lain.

Previous articleKisah yang Terkubur
Next articleJutaan Pengorbanan

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here