Home CERPEN Jejak Pembunuh di Kota Black River

Jejak Pembunuh di Kota Black River

31
0

Nama: Suci Tri Pratiwi
Jurusan: Pendidikan Bahasa Arab
Semester: I

Hujan mengguyur deras kota Sungai Hitam, menyelimuti malam dengan hawa dingin yang menusuk tulang. Di sebuah apartemen kecil di tepi kota, seorang detektif bernama Han Ji-woo sedang duduk di meja kerjanya. Lampu temaram menerangi tumpukan berkas kasus yang berserakan, semuanya berkaitan dengan serangkaian pembunuhan yang telah membuat seluruh kota tercekam selama sebulan terakhir. Tiga korban tewas dalam keadaan mengerikan, dengan tanda tangan pembunuh yang sama: sebuah kartu tarot yang diletakkan di tubuh mereka.

Kasus itu telah menjadi momok bagi kepolisian. Para korban seolah dipilih secara acak, dan motif pembunuhnya tetap menjadi teka-teki. Yang membuat semuanya semakin aneh adalah kartu tarot yang ditinggalkan di setiap tempat kejadian perkara, seakan sang pembunuh ingin memberikan petunjuk—atau tantangan.

Korban Pertama: Pengusaha Lokal

Korban pertama adalah seorang pengusaha bernama Kang Min-seok. Tubuhnya ditemukan di kantornya, tenggelam dalam genangan darah. Lehernya teriris tajam, dan di atas mejanya terdapat kartu The Emperor, simbol kekuasaan. Ji-woo menyelidiki tempat kejadian dan menemukan bahwa Min-seok memiliki banyak musuh, baik dari dunia bisnis maupun pribadi.

“Orang ini punya banyak alasan untuk dibunuh,” gumam Ji-woo. Namun, tidak ada bukti kuat yang mengarah pada siapa pun.

Korban Kedua: Pelayan Kafe

Seminggu kemudian, korban kedua ditemukan. Seo Hye-jin, seorang pelayan kafe, ditemukan tewas di apartemennya. Kali ini, tubuhnya terikat di kursi, dan bibirnya disumpal kain. Di atas meja di depannya, ada kartu The Lovers, menggambarkan cinta yang penuh konflik. Ji-woo mulai menyadari pola aneh: tidak ada hubungan langsung antara korban pertama dan kedua.

Tetapi setelah memeriksa latar belakang Hye-jin, dia menemukan bahwa Hye-jin adalah mantan kekasih Kang Min-seok. “Apakah ini dendam pribadi?” pikir Ji-woo. Namun, siapa yang bisa merencanakan pembunuhan sekejam ini?

Korban Ketiga: Seorang Guru

Korban ketiga, Park Soo-jin, ditemukan tergantung di ruang kelasnya. Kali ini, tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik, tetapi wajahnya menunjukkan ekspresi ketakutan yang mencekam. Di atas mejanya ada kartu The Hierophant, simbol otoritas dan tradisi. Ji-woo mulai memahami bahwa kartu tarot mungkin adalah kunci untuk memahami motif pembunuh.

“Apakah ini pesan? Atau permainan?” Ji-woo bertanya pada dirinya sendiri. Dia memutuskan untuk mempelajari lebih dalam tentang tarot, berharap bisa menemukan petunjuk di balik simbol-simbol itu.

Pola dan Teori

Setelah memeriksa setiap kartu tarot, Ji-woo menyadari bahwa pembunuh mengikuti pola tertentu. Semua kartu yang ditinggalkan mengacu pada otoritas, hubungan, dan tradisi. Ji-woo yakin bahwa pembunuh memiliki misi moral atau ingin menyampaikan pesan tentang hierarki sosial.

Dia juga menemukan bahwa semua korban memiliki kesamaan: mereka terlibat dalam insiden kontroversial yang terjadi lima tahun lalu di sebuah komunitas kecil. Min-seok adalah sponsor proyek pembangunan, Hye-jin adalah saksi kunci, dan Soo-jin adalah kepala panitia acara.

Ji-woo mendatangi lokasi komunitas tersebut, sebuah wilayah terpencil yang kini kosong. Di sana, dia menemukan sisa-sisa sebuah tragedi: puing-puing bangunan yang terbakar, laporan warga yang kehilangan keluarga, dan cerita kelam tentang pengkhianatan.

Penemuan Penting

Di sebuah arsip lama, Ji-woo menemukan informasi tentang seorang pria bernama Jung Woo-jin, mantan pekerja konstruksi yang menjadi kambing hitam dalam kasus kebakaran di komunitas tersebut. Woo-jin dihukum atas tuduhan pembakaran, meskipun banyak bukti menunjukkan bahwa itu adalah kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian panitia.

Ji-woo yakin Woo-jin, atau seseorang yang dekat dengannya, adalah pelaku pembunuhan ini. Tetapi ada satu masalah besar: Woo-jin telah bunuh diri di dalam penjara dua tahun lalu.

“Jika Woo-jin sudah mati, siapa yang melanjutkan dendamnya?” pikir Ji-woo.

Korban Keempat: Petunjuk Baru

Korban keempat ditemukan seminggu kemudian. Kali ini, seorang reporter bernama Han Eun-ji, yang meliput kasus kebakaran lima tahun lalu. Eun-ji ditemukan di apartemennya dengan luka tusuk di dada, dan di tangannya terdapat kartu The Devil, simbol manipulasi dan pengkhianatan.

Di apartemen Eun-ji, Ji-woo menemukan buku harian yang mencatat wawancaranya dengan Woo-jin sebelum pria itu meninggal. Dalam salah satu catatan, Woo-jin menyebut nama seorang “teman” yang membantunya di masa sulit, tetapi Ji-woo tidak menemukan informasi lebih lanjut tentang siapa orang itu.

Di sudut lain apartemen, Ji-woo menemukan sesuatu yang lebih mencengangkan: daftar nama dengan empat nama yang sudah dicoret, termasuk korban sebelumnya. Ada dua nama lagi yang tersisa.

Kejaran Waktu

Dengan waktu yang semakin mendesak, Ji-woo mencari dua nama yang tersisa di daftar: Lee Jae-hyun, seorang pengacara yang pernah menjadi penasihat hukum dalam kasus kebakaran, dan Choi Seung-ho, seorang mantan polisi yang memimpin penyelidikan.

Ji-woo memutuskan untuk mengawasi Jae-hyun terlebih dahulu. Dia menyamar sebagai tamu di sebuah acara amal yang dihadiri pengacara itu. Ketika acara selesai, Jae-hyun pergi ke tempat parkir sendirian. Ji-woo mengikutinya dari kejauhan.

Tiba-tiba, lampu parkir padam. Ji-woo mendengar suara langkah cepat dan teriakan Jae-hyun. Ketika dia sampai di tempat kejadian, Jae-hyun sudah tergeletak tak bernyawa dengan luka di dadanya. Di atas tubuhnya, ada kartu The Tower, simbol kehancuran.

Konfrontasi Terakhir

Hanya tersisa satu nama di daftar: Choi Seung-ho. Ji-woo meminta polisi untuk melindungi rumah Seung-ho, tetapi dia tahu bahwa pembunuhnya selalu selangkah lebih maju. Ji-woo memutuskan untuk berjaga di rumah Seung-ho sepanjang malam.

Malam itu, Ji-woo mendengar suara di luar rumah. Dia segera keluar dengan pistol di tangan. Di halaman belakang, dia menemukan seorang wanita berdiri dengan bayangan samar. Wanita itu membawa pisau di tangannya.

“Kau adalah pembunuhnya,” kata Ji-woo tegas.

Wanita itu tersenyum kecil. “Aku hanya menyelesaikan apa yang Woo-jin mulai.”

Wanita itu adalah adik Jung Woo-jin, Jung Soo-mi. Dia telah merencanakan pembunuhan ini sejak kakaknya dihukum tanpa keadilan. Soo-mi menganggap semua korban bertanggung jawab atas kehancuran keluarga mereka, dan kartu tarot adalah cara untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat.

Ji-woo mencoba menangkapnya, tetapi Soo-mi menyerang lebih dulu. Dalam pertarungan singkat, Ji-woo berhasil melucuti pisau Soo-mi dan menangkapnya. Namun, sebelum dibawa ke kantor polisi, Soo-mi hanya berkata, “Aku hanya satu dari banyak orang yang kehilangan segalanya. Dunia ini penuh dengan dosa. Hanya masalah waktu sebelum keadilan lain datang.”

Akhir yang Sunyi

Setelah Soo-mi ditangkap, kasus pembunuhan berantai itu dianggap selesai. Namun, di sudut kecil kota Sungai Hitam, banyak orang masih merasakan bayangan dendam yang belum sepenuhnya sirna.

Previous articleTerbungkam oleh Logika
Next articleRed String

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here