Home OPINI Kampus UIN Palu Cacat Rasa Empati

Kampus UIN Palu Cacat Rasa Empati

301
0

Nama : Lukman Hakim
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester : 5

Rasa Empati adalah kemampuan seseorang dalam memahami apa yang orang lain rasakan. Rasa empati juga perlu kita tumbuhkan didalam diri sebab banyak sekali manfaat yang bisa ditimbulkan oleh perasaan tersebut.

Namun, rasa empati itu tidak begitu tumbuh didalam diri warek III kita. Pasalnya Baru-baru ini statement yang tidak diduga keluar dari mulut warek III sendiri selaku pihak Birokrasi yang menggeluti Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama. Dalam statement itu ia mengeluarkan pernyataan yang cukup mengherankan untuk kita semua yaitu bus kampus bukanlah transportasi utama mahasiswa.

Tentunya ini kebijakan yang sangat menyulitkan bagi mahasiswa, bahkan dapat dikatakan sebagai bagian dari cacatnya rasa empati terhadap mahasiswa yang ada di kampus II, karena tidak semua mahasiswa memiliki kendaraan untuk bolak-balik dari kampus I ke kampus II. Banyak dari mereka masih berdomisili di kota, disekitaran kampus I sehingga mereka sangat membutuhkan fasilitas tersebut.

Lagipula tidak semua kondisi ekonomi mahasiswa itu sama. Tiap mahasiswa pastinya punya latar belakang perekonomian yang berbeda-beda.
Maka, dengan adanya bus kampus yang mengantar jemput mahasiswa, setidaknya bisa mengurangi beban ekonomi bagi mahasiswa yang kurang mampu tersebut. Ditambah lagi harga BBM yang melambung tinggi tentunya ini merupakan hal yang perlu dilirik lagi oleh pihak Birokrasi.

Seperti salah satu mahasiswa FTIK yang pindah fakultas karna fasilitas yang awalnya di janjikan ada tetapi diakhir malah ditiadakan, yah… itu adalah fasilitas bus kampus ini. Jadi, sebaiknya pengadaan bus kampus perlu dievaluasi kembali, jangan jadikan mahasiswa seperti domba yang dipaksa tunduk atas kebijakan yang cukup merugikan mereka.

Oleh karena itu, menurut saya yang semestinya dilakukan oleh pihak birokrasi adalah memfasilitasi mahasiswa berangkat dan pulang kuliah menggunakan bus kampus. Dengan adanya bus kampus yang antar jemput bisa membuat mahasiswa lebih hemat dibandingkan kendaraan pribadi, terlebih lagi mahasiswa yang ekonominya kurang mampu. Dan pastinya hal itu jauh lebih bernilai empati ketimbang kebijakan meniadakan bus untuk mengangkut mahasiswa ke kampus II seperti yang dikatakan oleh salah satu perwakilan birokrasi saat ini.

“Perumpamaan orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh tubuhnya juga akan merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Previous articleUIN Datokarama Palu Raih Peringkat 2 Dalam Kegiatan Edufair
Next articleUIN Palu Tetapkan Tidak Adanya Pemotongan UKT Bagi Mahasiswa Semester Lanjut

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here