Nama: Moh. Zacky Qifayatullah
Jurusan: Informatika
Semester: I
Di sebuah kota kecil yang terletak di lereng gunung, hiduplah seorang guru muda bernama Rama. Meski baru saja tiba di kota itu beberapa bulan yang lalu, Rama dengan cepat menjadi sosok yang dicintai oleh warga sekitar. Wajahnya selalu dipenuhi senyuman, dan semangatnya dalam mengajar anak-anak desa begitu tulus.
Rama pindah ke kota kecil itu bukan tanpa alasan. Di kota asalnya, ia memiliki pekerjaan yang mapan, namun hatinya selalu terpanggil untuk membantu mereka yang berada di daerah terpencil. Setelah berbulan-bulan mempertimbangkan, akhirnya ia memutuskan untuk mengabdikan dirinya sebagai guru di kota yang kekurangan tenaga pengajar.
Sekolah tempat Rama mengajar hanya terdiri dari beberapa ruang kelas dengan peralatan seadanya. Anak-anak di sana tak terbiasa belajar dengan fasilitas modern, tapi semangat mereka begitu besar. Rama mengajarkan mereka banyak hal—bukan hanya tentang ilmu di buku, tapi juga tentang impian dan keberanian.
Suatu hari, terjadi peristiwa yang menguji tekadnya. Hujan deras menyebabkan tanah longsor, memutus akses jalan menuju desa dan menghancurkan sebagian besar gedung sekolah. Anak-anak hanya bisa melihat sekolah mereka yang porak-poranda dengan mata penuh kesedihan. Banyak dari mereka yang mulai kehilangan harapan, bahkan beberapa orang tua mengira anak-anak mereka tak bisa melanjutkan sekolah lagi.
Melihat itu, Rama merasa terpanggil. Ia tahu ini bukan saatnya untuk menyerah. Dengan semangat yang tak kenal lelah, Rama mulai mengumpulkan warga desa. “Kita bisa membangun sekolah ini kembali,” ucapnya lantang. “Saya akan mengajar mereka di mana saja, di bawah pohon, di lapangan, di mana pun. Tapi pendidikan mereka tidak boleh berhenti hanya karena bencana ini.”
Kata-kata Rama membangkitkan semangat warga desa. Setiap orang, dari tua hingga muda, ikut bahu-membahu membersihkan puing-puing. Para ibu menyediakan makanan untuk mereka yang bekerja, sementara para ayah dan pemuda mulai mendirikan bangunan sementara dari kayu.
Meski sederhana, kelas darurat itu berdiri tegak, dan anak-anak kembali belajar dengan wajah berseri. Melihat semua itu, Rama tersenyum. Baginya, kebahagiaan mereka adalah kebahagiaannya.