Nama: Izzatul Qalbiyah Nisa
Jurusan: Tadris Bahasa Inggris
Semester: III
Seorang anak sulung dari lima bersaudara, hidup di bawah tekanan harapan orang tuanya. Ia diharapkan menjadi teladan bagi adik-adiknya. Dalam upayanya menjadi sempurna, ia merasa sangat lelah dan rapuh.
Kegagalan dalam usahanya memicu keraguan dirinya tentang kemampuan dan nilai-nilainya. Ia merasa terperangkap dalam standar yang tidak realistis dan mulai mengisolasi diri.
Suatu malam, ia menemukan sebuah kata-kata motivasi yang tertulis “Tidak perlu sempurna, berusaha pun sudah lebih dari cukup,” membebaskan dia dari beban kesempurnaan.
Dengan senyum lembut, ia melangkah maju, meninggalkan bayangan kesempurnaan di belakangnya. Ia menyadari bahwa kekuatan sejati terletak pada ketidaksempurnaan dan keberanian untuk menjadi diri sendiri.
Keluarga dan adik-adiknya menyambutnya dengan hangat, dan bersama-sama mereka membangun ikatan yang lebih kuat dan tulus.
Dengan hati lega, ia memutuskan untuk membuka diri kepada keluarga. Saat membuka pintu, ia menemukan refleksi dirinya yang tenang dan percaya diri.
Apakah itu kenyataan atau hanya ilusi?
