Home CERPEN Senyum di Balik Lelah

Senyum di Balik Lelah

9
0

Oleh: Sahril
Pengurus Redaksional
Cerpen
Senyum di Balik Lelah

Percayalah, di balik semangat yang tak pandai redup, di situlah keinginan akan tercapai. Fajar selalu memulai harinya sebelum matahari terbit. Di usianya yang dua puluh tahun, ia telah terbiasa menjalani rutinitas yang melelahkan. Menyelesaikan kuliah di perguruan tinggi negeri adalah cita-citanya, namun tanggung jawab kepada kedua orang tua membuatnya harus mencari pekerjaan sambilan.

Setiap pagi, setelah mandi dan sarapan seadanya, Fajar bergegas ke kampus untuk mengikuti perkuliahan. Ia selalu duduk di barisan depan, berusaha menyerap setiap ilmu yang disampaikan dosen, meskipun rasa lelah kerap menggoda untuk menyerah. Begitu kelas usai, ia langsung melangkah menuju tempat kerjanya, sebuah kedai kopi kecil di pusat kota.

Di kedai itu, Fajar bekerja sebagai barista. Dengan keterampilan yang terus ia asah, ia melayani para pelanggan dengan senyum tulus, meski pikirannya sering melayang pada tugas-tugas kuliah dan kondisi orang tuanya yang mulai menua serta kurang sehat. Gaji yang ia terima memang tidak besar, tetapi cukup untuk membantu meringankan beban keluarga.

Akhir pekan bukanlah waktu istirahat bagi Fajar. Setiap Sabtu dan Minggu, ia mengisi waktu dengan menjadi tutor bagi anak-anak di sekitar kampus. Ia mengajari mereka matematika dan bahasa Inggris, sekaligus memperoleh tambahan penghasilan dan kepuasan batin karena dapat berbagi ilmu.

Meski hidup terasa berat, Fajar tak pernah mengeluh. Setiap pesan singkat dari orang tuanya yang berisi doa dan kata-kata penyemangat selalu membuat energinya kembali terisi. Ia yakin, semua kerja keras ini kelak akan membawa perubahan, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk keluarga kecilnya.

Waktu terus berjalan hingga akhirnya Fajar berhasil menyelesaikan studinya dengan prestasi yang membanggakan. Ia tak hanya menggenggam ijazah, tetapi juga pelajaran hidup tentang ketulusan dan pengorbanan. Saat ijazah itu ia serahkan kepada kedua orang tuanya, mata mereka berkaca-kaca, dipenuhi rasa bangga dan haru.

Fajar menyadari bahwa perjalanan hidupnya masih panjang. Namun, pengalaman bekerja sambil kuliah telah membentuknya menjadi pribadi yang kuat dan penuh harapan. Kini, ia siap menatap masa depan dengan lebih percaya diri untuk mewujudkan impian orang tuanya dan juga impian dirinya sendiri.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here