Home CERPEN Sang Pelindung Nusantara

Sang Pelindung Nusantara

36
0

Nama: Mohammad Faiq Azis
Jurusan: Pendidikan Agama Islam
Semester: I

Di pagi yang cerah dengan sinar mentari yang lembut membelai pepohonan rimbun, seorang pemuda tampak berdiri tegar di bibir pantai. Wisnu, putra titisan maharaja Nusantara, memandang jauh ke cakrawala dengan tatapan penuh tekad. Di pundaknya tergantung harapan besar menjadi pewaris sah yang menjalankan penghormatan kepada Sang Garuda Agung, Sang penjaga Nusantara. Sebuah penghormatan yang hanya dilakukan sekali dalam se-abad.

Sejak kecil, Wisnu telah mengetahui takdir yang menantinya. Ayahnya, seorang lelaki bijaksana yang ia hormati setinggi langit, sering mendongengkan kisah para leluhur. Dalam tutur ayah dan kakeknya, tersembunyi petunjuk-petunjuk yang berharga, yang secara bertahap mempersiapkan Wisnu untuk hari ini. Mereka mengajarkan kebijaksanaan, keberanian, dan kesetiaan kepada tanah air. “Kau akan menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, Wisnu,” pesan kakeknya suatu malam, di bawah langit bertabur bintang.

Kini, saat hari yang dinantikan tiba, Wisnu merasa beban berat di dadanya. Ia telah siap, tetapi hatinya bergetar bukan karena takut, melainkan karena keagungan dari tugas yang akan ia emban. Untuk menjalankan penghormatan kepada Sang Garuda, Wisnu harus mengarungi seluruh Nusantara, melalui daratan dan pegunungan yang luas, menemui berbagai candi dan kuil dan bertemu penjaga alam yang misterius dan bertemu dengan makhluk-makhluk dari dunia lain.

Perjalanan dimulai saat matahari mulai menanjak. Wisnu Mulai berkelana dengan berjalan kaki sembari membawa sebilah keris di sakunya. Ia bertemu dengan sosok-sosok aneh yang hanya ada di dongeng. Ular raksasa yang menjaga gua, angin-angin penjaga pegunungan, hingga burung-burung yang bersarang di puncak tertinggi. Setiap pertemuan adalah ujian yang harus ia lewati, dan setiap ujian memperkaya jiwanya.

Sampai pada suatu hari yang cerah, Wisnu tiba di sebuah puncak nan indah yang tersembunyi di balik kabut tebal. Di sanalah ia bertemu sang Putri Nusantara bersama empat garuda penjaga. Salah satu dari garuda tersebut menjadi tunggangannya dan kemudian Sang Ratu memberikan arahan ke sebuah tempat bersemayamnya Sang Garuda Agung. Wisnu pun Pergi mencari tempat tersebut bersama garuda yang ia tunggangi dan tiga garuda lainnya melewati cakrawala nan indah dengan pulau-pulau yang melayang di langit Nusantara. Sampailah mereka di sebuah kuil besar degan penduduk pribumi yang telah datang menanti kedatangan wisnu untuk memanggil Sang Garuda Agung.

Mulailah mereka melakukan ritual pemanggilan dengan Wisnu dan para pemimpin kerajaan berada di depan Kuil. Mereka mengeluarkan keris dan mengangkatnya bersama-sama. Tak lama kemudian, batu raksasa yang berada di atas kuil terbuka dengan sendirinya. Bersamaan dengan itu, Terdengarlah Suara makhluk raksasa bersayap dari kejauhan langit. Dengan gagah Sang Garuda Agung telah hadir di hadapan Wisnu dan para penduduk pribumi. Garuda menatap Wisnu dengan tatapan yang mendalam, seakan menembus jiwanya. Tanpa sepatah kata pun, Wisnu dan pada penduduk menghaturkan penghormatan tanda kesetiaan dan pengabdian kepada tanah leluhur. Ucapan terima kasih mereka kepada Sang Garuda Agung karena telah senantiasa bersemayam di langit Nusantara.

Di bawah sinar matahari yang cerah seiring hembusan angin, terdengar suara lirih Sang Garuda, “Tugasmu telah selesai, putra Nusantara. Jadilah penjaga yang setia, dan ingatlah bahwa kebesaran leluhurmu ada dalam darahmu.”

Dengan perasaan lega dan hati yang penuh kebanggaan, Wisnu kembali. Ia tak lagi sekadar pemuda biasa kini ia telah menjadi bagian dari kisah Nusantara, terikat abadi dalam janji kepada Sang Garuda, penjaga yang abadi.

Previous articleMimpi Abadi
Next articleAku dan Pikiranku

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here