Home CERPEN Aku Menyerah

Aku Menyerah

30
0

Nama: Usfadia
Jurusan: Ekonomi Syariah
Semester: I

Sakit, sakit yang ku pendam selama hidupku akhirnya ku lepas. Aku muak, aku muak dengan orang rumah, seseorang yang seharusnya menjadi tempatku mengadu tentang dunia, seseorang yang seharusnya menjadi cinta pertamaku sebagai anak perempuan, justru yang membuat luka yang sangat dalam ini. Sudah sering ku jahit luka ini namun sesering itu juga ia merobek kembali bekas luka itu.

Namaku Tifani, keluargaku dulunya Cemara hingga mereka memutuskan untuk bercerai, aku ikut papaku meskipun aku tak terlalu dekat dengannya, aku percaya bahwa cinta pertama anak perempuan itu ada pada ayahnya akan tetapi aku menyadari bahwa cinta pertama itu tak nyata, yang nyata hanyalah luka pertama seorang anak perempuan.

Ia selalu melarangku melakukan ini dan melakukan itu, semua harus berdasarkan kehendaknya. Aku lelah dengan semua ini, aku juga ingin kebebasan untuk berekspresi, hidupku seperti boneka tangan yang tidak bisa bergerak tanpa ada dalang yang memainkannya.

Sore hari, ia menelfonku karena ia sudah menunggu di gerbang kampus
“Cepat sudah!” Ucapnya dengan nada yang tinggi
“Tunggu aku masih rapat” ucapku dengan nada pelan
“Keluar kamu dari organisasi itu tidak ada gunanya itu!! Ucapnya dengan nada marah
“Kamu lihat sepupu kamu itu dia tidak ada ikut ikutan organisasi kayak begitu!”
Aku sudah lelah dibanding-bandingkan, aku ingin membantah perkataannya tapi jika seorang anak membantah orang tua itu akan di cap sebagai anak yang ‘durhaka’.

Saat sampai di rumah ia kembali memperingatiku
“Ini terkahir kalinya saya liat kamu ikut organisasi!!”
“Mending kamu di rumah belajar, kalau ikut organisasi kamu tidak akan fokus sama kuliahmu, sekali lagi saya dengar kamu ikut organisasi saya berhentikan kamu kuliah!!”
Aku hanya bisa diam menunduk tak bisa melawan

Keesokan harinya
“Kenapa kamu itu masuk pagi pulang sore, lihat sepupu kamu itu dia pergi pagi pulangnya siang!”
“Jangan samakan saya dengan dia, jurusan saja beda sudah pasti jamnya berbeda dosennya juga selalu ganti jam jadi kami hanya bisa mengikuti dosen”
Baru kali ini aku berani berbicara untuk membela diriku sendiri
“Awas kalau kamu ikut organisasi saya berhentikan kamu kuliah!”
Setelah perdebatan itu, selama perjalanan kekampus pertahananku runtuh, air mata yang sudah sangat lama ku tampung akhirnya tumpah.

Beberapa hari kemudian, ada seminar di kampus, aku sangat suka mengikuti kegiatan kampus jadi aku ingin mengikuti seminar tersebut akan tetapi…..

“Kamu ini seminar, seminar, seminar terus, tidak ada gunanya ikut seminar begitu! Mending kamu dirumah menenangkan pikiran, ini terakhir kalinya saya liat kamu ikut seminar kalau kamu masih ikut seminar ke depannya saya berhentikan kamu kuliah!!!” Ucapnya
Aku sudah sangat muak dengan ancaman itu!
“Yasudah kalau begitu tidak usah pergi!”
Karena mendengarku menangis di kamar ia langsung menghampiriku
“Ayo cepat saya antar kamu!”
“Tidak usah”
“Ayo cepat sudah!”
“Tidak usah!”
“Kalau kamu tidak bergerak saya siram air kamu!”

Aku berdiri dengan air mata yang sembab menghadapnya, aku memutuskan untuk melawan hari ini
“Papa ini kenapa!! Papa tidak kasi saya ikut organisasi, terus papa larang lagi saya ikut seminar bahkan pergi dengan teman-temanku juga papa tidak kasih izin! maunya papa itu apa!!!!” Teriakku dengan nada yang bergetar bersamaan dengan air mata yang keluar. Tapi keberanian dan ketegaran itu runtuh seketika karena tangan yang melayang ke pipiku.

Plak!!

“Beraninya kamu teriak seperti itu! Mau jadi anak durhaka kamu?! Berhenti saja kamu kuliah!! Saya tidak mau biayai kamu lagi!!”

Aku terduduk lemas, kakiku sudah tak kuat menopang tubuhku. Aku lelah dengan semua ini aku ingin menyerah.

Malam harinya didalam kamarku aku duduk dengan pandangan kosong, kepalaku sakit seperti ingin pecah dadaku sesak seperti ada yang memukulnya, apakah kebebasan itu nyata? Aku ingin merasakannya tapi aku sudah terlalu lelah, aku ingin istirahat, istirahat yang sangat panjang.

“Breaking news, telah ditemukan mayat seorang gadis yang gantung diri didalam kamarnya pada (30/10/2024). Dan ditemukan pula sebuah buku dikasur yang tersusun rapih, dikatakan jika gadis tersebut mengalami depresi berat hingga mengakhiri hidupnya sendiri”

“Jangan mengekang anakmu di rumah meskipun dengan niat yang baik ingin menjaganya tetap aman, akan tetapi sering di rumah membuat anak tidak bisa tumbuh dengan baik, seorang anak membutuhkan kebebasan untuk berekspresi dan mengembangkan minat dan bakatnya, jika terlalu sering mengekangnya di rumah bisa saja membuat anak menjadi depresi bahkan sampai bertingkah agresif, buatkan mereka ruang untuk diri mereka sendiri”

Tamat.

Previous articleAku dan Pikiranku
Next articleTakdir Semesta untuk Kita

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here