Nama: Moh. Khaidir Akmal
Jurusan: Sistem Informasi
Semester: I
Adeiazo adalah sebuah masa dimana tidak ada materi dan benda, hanya ada waktu yang berjalanan disebuah kekosongan
Di kota kecil yang bernama Sant.Parrow, ada anak yang memiliki hobi unik, yaitu mengumpulkan jam rusak dan memperbaikinya dengan alat-alat dari jam lain. Nama anak itu adalah Auro Dentlich.
Auro tinggal bersama ayahnya di pinggir kota dekat dengan air terjun. Ayah Auro adalah seorang ahli komunikasi dan komputer di kota Sant.Parrow. Warga kota selalu mengandalkan ayah Auro jika ada masalah dengan komunikasi atau internet di kota. Pernah suatu ketika listrik di kota padam lebih dari seminggu, dan warga kota panik hingga mencari bantuan ke kota lain. Namun, jarak kota Sant.Parrow dengan kota terdekat adalah sekitar 237 km.
Ayah Auro memberikan saran untuk membangun pembangkit listrik tenaga air di air terjun pinggir kota. Wali kota Sant.Parrow setuju dengan usulan tersebut dan segera membangun pembangkit listrik itu. Hingga kini, pembangkit listrik tersebut menjadi sumber listrik utama kota.
Auro selalu kagum dengan karya hebat ayahnya. Akan tetapi, Auro sepertinya tidak tertarik dengan komputer atau mekanik. Ia lebih tertarik dengan koleksi jam ayahnya yang memukau.
Sejak kecil, Auro sering mengumpulkan barang-barang dari tong sampah di sekitar kota dan merangkainya menjadi sesuatu. Auro pernah membuat mesin pemotong rumput sendiri dari bekas mesin cukur kumis. Ia merangkainya dalam waktu singkat dan dengan rapi.
Ibunda Auro sudah lama meninggal sejak Auro masih bayi tanpa alasan yang jelas. Ayah Auro selalu menghindari pertanyaan Auro tentang penyebab kematian ibunya. Auro hanya diberitahu bahwa ibunya meninggal karena kecelakaan saat badai.
Setiap hari, Auro belajar hidup mandiri bersama ayahnya. Ia membantu pekerjaan rumah, bahkan sering memasak untuk makan malam karena ayahnya lelah setelah pulang bekerja. Ketika ayahnya pergi ke kota untuk bekerja, Auro suka berjalan-jalan atau membaca buku fiksi ilmiah di perpustakaan.
Pada hari yang mendung dan berkabut tebal, Auro pergi ke toko bahan makanan untuk membeli kebutuhan rumah. Banyak toko tutup, termasuk toko farmasi. Ia perlu membeli obat untuk persiapan musim gugur, tetapi tidak ada satu pun toko obat yang buka.
Mata Auro tertuju pada sebuah toko kecil yang terlihat tua dan sempit, dengan papan kayu bertuliskan “Obat Tradisional”. Ia masuk ke toko itu dan terkejut melihat tanaman liar menjalar di seluruh dinding toko.
Toko itu suram, tetapi penjaganya—seorang lelaki tua kurus dengan pakaian aneh dan arloji berkilau di tangan—menyambut Auro dengan ramah. Ia bertanya tentang keperluan Auro, dan Auro menjawab bahwa ia membutuhkan obat.
Penjaga toko menjawab dengan nada pelan, “Sakit pada fisik seseorang bisa sembuh dengan waktu, tapi sakit pada jiwa tidak bisa dibantu oleh waktu.”
Auro bingung dengan jawaban itu. Ia melihat ke luar jendela dan mendapati mendung menghilang, kaca toko berkilauan, dan tanaman liar di dinding memekarkan bunga-bunga cantik.
Penjaga toko mengambil sebuah toples berisi akar dan biji yang terendam cairan kuning pekat. Ia berkata, “Aku yakin obat ini cocok untukmu.” Auro mengambil toples itu dan segera pulang.
Setelah menceritakan pengalamannya kepada ayahnya, ayah Auro hanya berkata, “Waktu kadang mempermainkanmu, kadang di depanmu, kadang dilewatkan olehmu,” dengan senyum kecil.
Keesokan harinya, Auro kembali ke toko itu, tetapi toko tersebut hilang tanpa jejak. Warga sekitar mengaku tidak pernah melihat toko itu, hanya bangunan tua yang terbengkalai.
Ketika Auro pergi ke taman untuk menjernihkan pikirannya, ia melihat penjaga toko duduk di bangku taman memainkan arloji. Auro bertanya, “Kenapa toko tua itu hilang?”
Penjaga menjawab, “Aku Natan, Sang Pengembara Waktu. Toko itu sudah lama pergi, tetapi akan selalu dikenang.”
Auro meminta Natan menunjukkan penyebab kematian ibunya. Natan memberikan arlojinya dan berkata, “Semua jawaban ada di sini. Kau hanya perlu menyetel waktu yang tepat.”
Setelah mengatur arloji pada tanggal kelahirannya, Auro melihat kilatan cahaya dan dibawa ke ruang putih tanpa batas. Ia menyaksikan peristiwa masa lalu, termasuk pengorbanan ibunya, Kierra, yang melawan bola waktu gelap demi melindungi Auro.
Arloji itu membawa Auro kembali ke rumah, menyadarkannya bahwa arloji yang diberikan Natan adalah arloji yang sama yang digunakan ibunya. Dengan kekuatan arloji itu, Auro kini memahami bahwa ia memiliki tanggung jawab besar sebagai anak dari Kierra, Sang Pengembara Waktu.