Home CERPEN Jauh di Sana

Jauh di Sana

18
0

Oleh: Ismail
Wartawan LPM Qalamun

Di suatu desa kecil yang terletak di ujung hutan, hiduplah seorang pemuda bernama Arif. Setiap hari, ia menghabiskan waktu dengan membantu orang tuanya bertani. Namun, di dalam hatinya, Arif selalu merindukan sesuatu yang lebih. Ia sering mendengar cerita tentang dunia di luar desanya, tentang kota-kota besar, laut yang biru, dan petualangan yang menanti.

Suatu malam, ketika bintang-bintang bersinar cerah, Arif duduk di tepi sungai sambil memandangi langit. Ia teringat akan kata-kata kakeknya, “Jika kau ingin menemukan jiwamu, carilah tempat yang jauh di sana.” Dengan keberanian yang tiba-tiba, Arif memutuskan untuk pergi menjelajahi dunia di luar desanya.

Keesokan harinya, Arif berkemas dengan sedikit makanan dan sebuah peta tua yang diwariskan dari kakeknya. Ia melangkah ke arah hutan, melewati pepohonan rimbun dan burung-burung yang berkicau. Setiap langkah terasa penuh harapan dan rasa ingin tahu.

Setelah berhari-hari perjalanan, Arif akhirnya tiba di sebuah kota yang megah. Bangunan tinggi menjulang, jalanan ramai, dan kehidupan terasa begitu berbeda. Ia merasa kecil di antara keramaian, tetapi semangatnya semakin membara. Ia bertemu dengan berbagai orang, belajar tentang budaya, dan merasakan makanan yang belum pernah ia coba.

Suatu sore, saat ia duduk di sebuah kafe, Arif mendengar sekelompok musisi memainkan melodi indah. Tanpa sadar, ia ikut bernyanyi dan menari. Musik itu membawa kembali kenangan akan desanya, akan orang-orang yang ia cintai. Di situlah ia menyadari, meskipun dunia di luar sangat menarik, hatinya selalu terikat pada rumah.

Dengan penuh rasa syukur, Arif memutuskan untuk kembali. Ia membawa pulang cerita dan pengalaman yang tak ternilai. Setibanya di desa, ia bercerita kepada orang-orang tentang petualangannya, menyalakan kembali semangat mereka untuk bermimpi.

Arif belajar bahwa menjelajahi dunia itu penting, tetapi cinta dan rasa syukur pada rumah adalah yang terpenting. Jauh di sana, ia menemukan jiwanya dan lebih dari itu, ia menemukan arti sejati dari kebahagiaan.

Setelah kembali ke desanya, Arif merasa hidupnya telah berubah. Ia tidak hanya membawa pengalaman, tetapi juga semangat baru untuk mengubah desanya menjadi lebih baik. Dengan ide-ide yang segar, ia mulai mengajak para pemuda di desanya untuk melakukan hal-hal yang belum pernah mereka coba sebelumnya.

Suatu pagi, Arif mengumpulkan teman-temannya di bawah pohon beringin besar. “Kita bisa mengadakan festival budaya!” serunya. “Kita akan mengundang orang dari desa-desa lain untuk berbagi cerita, makanan, dan seni.”

Teman-temannya terlihat ragu, tetapi semangat Arif menular. Mereka mulai merancang festival, mempersiapkan _stand_ makanan tradisional, dan menyiapkan pertunjukan seni. Setiap malam, mereka berkumpul untuk berlatih dan saling berbagi ide.

Hari festival pun tiba. Warga desa dan orang-orang dari desa sekitarnya datang berbondong-bondong. Suasana riuh dengan tawa, musik, dan aroma makanan yang menggugah selera. Arif merasa bangga melihat desanya hidup kembali.

Di tengah keramaian, Arif bertemu dengan seorang gadis bernama Maya. Ia berasal dari desa tetangga dan memiliki bakat luar biasa dalam menggambar. Mereka segera akrab dan berbagi impian tentang masa depan. Maya bercita-cita untuk menggambar mural di dinding-dinding desa agar orang lain bisa melihat keindahan seni.

Arif dan Maya pun berkolaborasi. Mereka mengajak para pemuda desa untuk melukis mural bersama, menggambarkan cerita-cerita rakyat dan pemandangan indah yang ada di sekitar mereka. Mural-mural itu tidak hanya menghias desa, tetapi juga menarik perhatian orang-orang dari desa lain.

Seiring waktu, desa mereka menjadi lebih dikenal. Festival budaya yang mereka adakan setiap tahun menarik pengunjung dari jauh. Arif merasa bangga melihat desanya tumbuh dan berkembang. Ia menyadari bahwa kebahagiaan tidak hanya ditemukan dalam perjalanan jauh, tetapi juga dalam membangun komunitas dan berbagi.

Pada malam festival yang keempat, Arif dan Maya berdiri di depan mural terbesar yang mereka lukis bersama. Di bawah cahaya bintang, mereka melihat orang-orang tertawa dan menikmati kebersamaan. Arif berbisik kepada Maya, “Kita telah menciptakan sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.”

Maya tersenyum. “Ya, dan ini baru permulaan.”

Di bawah langit yang berbeda, Arif menemukan makna baru dalam perjalanan hidupnya. Ia belajar bahwa tempat yang jauh bisa jadi ada di dalam diri kita sendiri, dan kebahagiaan sejati bisa ditemukan di mana pun kita berada, selama kita memiliki orang-orang yang kita cintai di sisi kita.

Previous articleLukisan Tawa
Next articleA Silent Greeting to You

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here