Nama: Nugrahna
Jurusan: Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Semester: I
Di sebuah hamparan taman yang luas, diikuti suara alunanan angin nan merdu dihiasi pepohonan, dan bunga-bunga serta sungai ditepian tamannya,terdapat seorang wanita bernama Moon, sedang duduk sambil membaca bukuNya, dengan beralaskan selimut putih dan rumput-rumput kecil yang berada disekitarnya.
Dengan secangkir teh, ia duduk di tepian sungai, dengan banyak menghabiskan waktunya membaca buku. Sampai pada suatu ketika, ia membaca sebuah buku yang membuatnya tiba-tiba teringat akan sesuatu.
Ia teringat seseorang yang sudah dianggapnya seperti sahabat karib, seorang sahabat yang memiliki karakter hampir sama seperti dirinya, layaknya seperti berteman dengan dirinya sendiri. Sebut saja namanya Koala.
Ia tiba-tiba sedih, dan matanya seolah berkaca-kaca, dan mengatakan,
“Dia seperti buku ini. dia lucu, dia pandai, terutama dalam merangkai sebuah kata-kata, ia sangat pandai, sehingga kadang membuatku speechless & tertawa dengan sikapnya, dan omongannya yang begitu besar. Hingga aku berkata “You are soo confident and your talk so big’ kau terlalu percaya diri, dan omonganmu begitu besar.” Ia hanya tertawa ketika aku berkata seperti itu padanya.
Ia tidak banyak bicara, Namun pandai. Dia selalu menggunakan logikanya dalam berpikir, Begitu pula saat bertengkar, dia tidak pernah ingin mengalah, Namun pada akhirnya akulah yang menang Haha, karena aku mengatakan “Women is never wrong, Women are always right, and whatever makes women wrong is because of man.’ Wanita tidak pernah salah karena wanita selalu benar, dan apapun yang membuat wanita salah itu karena seorang pria. Dia hanya merengut, dan mengatakan ‘Aku tidak habis pikir denganmu.
Dia juga puitis, mungkin karena dia suka membaca buku, itulah sebabnya dia begitu pandai. Terkadang ketika dia sudah mulai menunjukkan puisi-puisinya, aku selalu menyuruhnya diam dan berkata “bisakah kau diam, aku hanya ingin muntah & tertawa mendengar puisimu yang berlebihan itu”.
Namun satu hal yang paling unik darinya,dia seperti batu/ kulkas berjalan.
“Dulu aku tidak begitu suka membaca, tetapi karena motivasi dari dialah aku menjadi suka membaca. Sebab dia selalu mengejek memanggilku otak udang.” Ia mengatakan “Orang yang terlihat tenang, namun memiliki ribuan ilmu itu lebih bagus & keren, dibanding orang yang banyak bicara namun tak ada satupun pelajaran di otaknya,” Katanya.
Hingga pada suatu ketika, Moon & sahabatnya itu dijauhkan oleh keadaan, seolah tiba-tiba asing, bagai pertemanan yang hilang ditelan bumi. hampa, hilang & sirnah begitu saja karena sebuah kesalahpahaman. Padahal sebelumnya mereka adalah dua serangkai seperti Tom & Jerry. Namun kini sudah seperti Venus & Neptunus.
“Terkadang aku merindukan saat-saat bercerita, dan berbagi kisah dengannya, bertukar pikiran, “.. apa saja cerita hari ini, apa ada keluhan hari ini? dan apa impian kedepannya “what’s your plan now?”
Moon dan sahabatnya itu adalah sahabat beda negara tepatnya seperti sahabat pena. Tetapi ia sudah menganggap sahabatnya Koala itu seperti sahabat dekat. Sebab mereka selalu berbagi dan saling bertukar pikiran disetiap harinya.
“Ya, aku merindukan semua hari-hari dan kenangan itu. Kadang ketika aku teringat kembali, aku hanya terdiam, namun hatiku seperti ingin meledak, sebab dia selalu memberiku mabar dipagi hari & itu sudah menjadi seperti tradisi baginya”.
Sambil menghela nafas Moon mengatakan,
“Tak apa, setiap masa memang ada orangnya,dan setiap orang ada Masanya, begitulah manusia, terkadang orang-orang datang dan pergi. Kita tidak bisa menyalahkan mereka ataupun keadaan, Dan itu sudah seperti seleksi ujian dari Tuhan, karena itu jangan terlalu berlarut-larut.”
Sambil menepuk pundaknya sendiri, Moon berdiri sembari menguatkan langkahnya,
“Tak apa, karena dari sinilah membuatku banyak belajar, hingga aku menemukan kebahagiaan dan jati diriku sendiri,aku menjadi lebih fokus belajar dan mengejar cita-citaku hingga sukses,dan banyak membaca buku-buku untuk menghiasi hari-hari yang kelam.
Namun, dia tetap seperti lembaran buku bagiku,aku sudah membacanya walau hanya beberapa halaman,namun dengan mengenalnya itu sudah membuatku bahagia, dia membuatku semakin tekun belajar dan fokus meningkatkan valueku. Melalui kata-katanya aku banyak belajar untuk mencintai diri sendiri hingga menemukan jati diri.”
Moon pun beranjak dari tempat duduknya sambil membawa buku-bukunya dan memandangi pemandangan yang indah, seolah menggambarkan keindahan bukunya yang hilang itu.