Nama: Aprilia Ayu Azhani
Jurusan: Hukum Keluarga
Semester: I
Hari itu, cuaca di kampus terasa lebih cerah dari biasanya Matahari bersinar hangat, dan angin semilir seolah ikut merayakan kedatangan mahasiswa baru, Nathan, seorang mahasiswa tingkat akhir, berjalan santai menuju ke ruangan dosennya untuk membahas skripsi, tetapi langkahnya terhenti sejenak ketika melihat kerumunan di depan gedung.
Matanya tertuju pada sekelompok mahasiswa baru yang sedang berfoto-foto, senyuman mereka yang ceria mengingatkannya pada masa-masa awal ia memasuki dunia perkuliahan. Namun, di antara mereka, ada satu sosok yang membuat jantungnya berdebar lebih cepat, seorang mahasiswi baru, dengan wajah yang cantik dan mata Yang bersinar, seakan menyerap cahaya matahari Nathan tidak bisa mengalihkan pandangannya.
“Siapa dia?” pikir Nathan dalam hati, sambil terus memperhatikan, Gadis itu, dengan seragam yang rapi, terlihat begitu percaya diri saat berbagi tawa dengan teman-temannya. Nathan merasa ada magnet yang menariknya untuk mendekat meskipun ia tahu seharusnya ia pergi.
Tak lama, gadis itu mengalihkan pandangannya dan secara tak sengaja bertemu dengan Mata Nathan, waktu seolah terhenti. senyuman manis yang tulus muncul di wajah gadis itu, Nathan merasakan getaran aneh dalam hati, sesuatu yang belum Pernah ia rasakan sebelumnya. Dengan cepat, ia menundukkan kepala dan melanjutkan langkahnya ke dalam gedung.
Di ruangan dosennya, pikiran Nathan melayang-layang. Ia tidak bisa berkonsentrasi pada skripsi yang seharusnya ia kerjakan. Bayangan gafis itu terus menghantuinya.
“Namanya siapa, ya? “Gumamnya pelan.
Sejak hari itu , Nathan merasa ada sesuatu yang berbeda dalam hidupnya, mungkin, ini adalah cinta pada pandangan pertama.
Hari demi hari berlalu, Nathan berusaha mencari tahu tentang gadis itu. Ia mulai berinteraksi dengan beberapa maba yang di kenalnya, berharap bisa mendapatkan informasi. Akhirnya, ia berhasil mengetahui nama gadis itu, Chessy. Nathan pun mulai merancang rencana untuk bisa mendekatinya.
Suatu hari, Nathan memberanikan diri untuk menghadiri acara orientasi mahasiswa baru. Setiap kali Chessy melewati kerumunan, Nathan selalu berusaha mencuri pandang. Ketika acara berakhir, ia melihat Chessy sedang duduk sendiri di taman. Tanpa berpikir panjang, Nathan menghampiri Chessy dengan jantung yang berdebar kencang.
“Hai, Chessy, kan? ” Sapanya dengan suara yang sedikit bergetar.
Chessy menoleh dan tersenyum. “Iya, kamu dari mana? Aku baru lihat kamu di sini. ”
Nathan merasa lega. Mereka terlibat dalam obrolan ringan yang mengalir begitu saja. Nathan bercerita tentang kampus dan pengalaman-pengalamannya, sementara Chessy dengan antusias mendengarkan. Tanpa disadari, waktu berlalu begitu cepat.
Sejak hari itu, Nathan dan Chessy semakin dekat. Mereka sering bertemu di kampus, belajar bersama, dan berbagai cerita tentang kehidupan. Nathan menyadari bahwa cinta yang ia rasakan bukan hanya sekedar ketertarikan, tetapi juga rasa saling pengertian yang tumbuh di antara mereka.
Suatu sore di taman kampus, Nathan mengumpulkan keberaniannya.
“Chessy, ada yang ingin aku sampaikan, ” Ucapnya dengan penuh harapan.
Chessy menatapnya, matanya berbinar.
“Apa itu?”
Nathan menarik napas dalam-dalam.
“Aku jatuh cinta padamu sejak pertama kali melihatmu di Gedung Rektorat. ”
Senja mulai menyelimuti langit, menciptakan suasana romantis. Chessy terdiam sejenak, lalu tersenyum lebar.
“Aku juga merasakan hal yang sama kak Nathan. Sejak aku melihatmu, aku merasa ada yang spesial.”
Mendengar jawaban itu, Nathan merasa seakan dunia berhenti berputar. Senyum chessy adalah jawaban yang ia harapkan. Mereka berdua tertawa dan saling menggenggam tangan, merasakan kehangatan cinta yang baru saja terjalin.
Di bawah sinar mentari yang memudar, Nathan tahu bahwa pandangan pertama di Gedung Rektorat itu adalah awal dari kisah indah yang akan mereka jalani bersama. Cinta mereka, yang dimulai dengan sebuah tatapan kini tumbuh menjadi sebuah hubungan yang penuh kebahagiaan dan harapan.