Home CERPEN Hujan di Balik Jendela

Hujan di Balik Jendela

20
0

Nama: Rahmawati Zulqaedah
Jurusan: Perbankan Syariah
semester: I

Di bawah langit kelabu yang dipenuhi hujan, Hana duduk di dalam kelasnya yang sepi. Tangan kanannya sibuk mencoret-coret buku catatan, menggambar bunga lili, bunga favorit seseorang yang diam-diam ia kagumi selama bertahun-tahun.

Orang itu adalah Kei, teman sekelasnya sejak SMP. Kei adalah tipe yang disukai semua orang: ceria, penuh energi, dan selalu membawa kehangatan seperti matahari. Tapi bagi Hana, Kei adalah lebih dari itu. Setiap senyum dan tawa Kei adalah alasan ia berangkat ke sekolah meski terkadang hatinya terasa berat.

Hari ini, Kei duduk di bangku depan kelas, berbicara dengan seorang gadis. Gadis itu adalah Airi, salah satu teman Hana yang cantik dan ramah. Dari jauh, Hana melihat bagaimana Kei menatap Airi dengan cara yang tak pernah ia lakukan pada dirinya. Tatapan penuh perhatian dan rasa sayang yang membuat dada Hana sesak.

“Aku menyukainya, Hana,” kata Kei suatu hari, dengan senyuman yang tulus. Hana ingat saat itu, mereka sedang berjalan pulang bersama di bawah langit senja. Kata-kata Kei seperti duri yang menusuk lembut hatinya. Kei tidak pernah tahu bahwa selama ini, Hana juga menyimpan rasa yang sama—kepada Kei.

Namun, Hana tidak pernah mengungkapkan perasaannya. Ia tahu bahwa cintanya tak akan pernah terbalas. Kei terlalu jauh, dan hatinya telah dimiliki orang lain. Jadi, Hana memilih untuk tetap berada di sisinya, sebagai teman yang selalu mendukungnya dari jauh.

Malam itu, di kamar yang remang, Hana menatap ponselnya. Ada pesan dari Kei, “Hana, Airi bilang ya! Aku sangat bahagia! Terima kasih sudah mendukungku selama ini.”

Air mata Hana jatuh tanpa suara. Ia membalas pesan itu dengan senyum yang dipaksakan, “Selamat, Kei. Aku ikut bahagia untukmu.”

Hujan di luar semakin deras, seperti ingin menyembunyikan tangis yang tak pernah ia biarkan terlihat. Di balik jendela, Hana hanya berharap, meski cintanya bertepuk sebelah tangan, Kei akan selalu bahagia. Karena bagi Hana, itu sudah cukup.

Previous articlePrekuel Adeiazo
Next articleKisah Anak Yatim Piatu Berkuliah Sambil Kerja

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here