Home CERPEN Jawaban dari Keraguan

Jawaban dari Keraguan

19
0

Nama: Salsabila Dwi Putri
Jurusan: Komunikasi Penyiaran Islam
Semester: I

Pada suatu malam yang sunyi aku duduk di teras rumah sembari melihat keindahan langit yang di kelilingi beribu bintang yang berkilau membuat mata ku betah melihat ke atas sana, tapi aku tertuju pada satu bintang yang bergerak berpindah tempat, aku pernah mendengar jika kita berdoa pada saat bintang itu berpindah maka doa itu akan terkabul “semoga kelak hidup ku lebih baik” ucapku dalam doa ku pada saat itu, “kaka?” di sela itu terdengar adik ku memanggil ku, aku menoleh melihat nya menghampiri ku dengan wajah kebingungan
“kau sedang apa disini ka?” aku terdiam sembari menunjuk ke langit seraya melihat kan adik ku betapa indah nya langit malam itu
“sini duduk” ajak ku, ia pun duduk di samping ku “jika kau di beri pilihan menjadi bintang kau pilih menjadi yang paling terang atau redup?”
adik ku heran, mungkin saja mencerna apa yang baru ku katakan “sepertinya terang kak”
katanya, “kenapa?” tanyaku lagi, “karna, jika aku menjadi yang paling bersinar aku akan menjadi pusat perhatian orang² karna keindahan ku” jawab nya dengan pede,
“apakah bintang yang bersinar itu melewati banyak hal untuk bisa bersinar seperti sekarang?”
adik ku bingung alis nya mengkerut “maksud nya apa kak?” tanya nya kebingungan, aku hanya tersenyum dan menggeleng kan kepala “lupakan saja” kataku
tapi tiba² saja ai berkata
“bisa jadi bintang itu sudah di takdir kan bersinar dari awal tampa proses apapun”
ujar nya lalu bertanya padaku “kalau kaka mau jadi bintang yang bersinar atau yang redup ka?” aku terdiam sejenak menatap adik ku dengan tatapan kosong “aku ingin jadi bintang yang di takdir kan bersinar tanpa proses apapun, tapi… mungkin aku lebih cocok jadi bintang yang redup saja” “kenapa begitu?” tanya nya “entah lah, aku memang seperti nya di takdirkan untuk redup saja seperti bintang itu” kataku, adik ku merangkul ku seakan paham maksud dari semua perkataan ku sembari senyum.
“kak? yang berkilau dari awal memang indah, tapi ia tak tau se istimewa apa yang redup itu”.
aku masih mencerna perkataan nya “coba amati setiap malam posisi bintang tersebut, apakah yang paling bersinar itu akan terus berada di tengah ? kadang kala posisi nya berpindah, dan yang redup berada di tengah”
katanya sambil menatap ku
“kadang kita selalu melihat keindahan sesuatu sebagai standar pencapaian kita, padahal dengan redup nya kita bukan berarti kita gagal kan? bukan berarti kita tidak indah kan? hanya belum waktunya saja kak” aku masih saja terdiam mendengar nya “begini, bintang redup dan terang itu sama saja, semua ada waktu nya untuk berkilau, tampa bintang yang redup, tak ada indah nya bintang yang berkilau itu”
katanya lagi, aku hanya menunduk dan mengangguk seolah paham apa yang ia katakan.

“Kak? kaka mungkin merasa tidak ada yang bisa di banggakan dari diri kaka, tapi coba liat lagi ke belakang, proses dimana Kaka bisa bertahan sejauh ini, hari² dimana rasanya seperi berat sekali, tapi kaka bisa lewatu semuanya sampai di titik sekarang itu termasuk sesuatu yang luar biasa, itu bukan kekurangan atau redup nya kehidupan kaka, kadang hidup ini bukan tentang pencapaian besar ka, tapi tentang hal² kecil yang kaka lewati di setiap harinya, orang lain mungkin sudahl bersinar, tapi redup nya kaka hanya orang² yang tau proses nya kaka yang bisa melihat bahwa kaka itu bersinar”

Setelah mendengar itu aku memeluk adik ku dengan sedikit isakan tangis dan pikiran kacau di malam itu
“menangis lah kak, tak apa” katanya sembari menepuk² bahuku “terimakasih waktunya” jawab ku ke adik ku yang memang jarang berbincang dengan ku, tapi entah kenapa malam itu kami bisa bertukar pikiran satu sama lain, aku jadi bisa belajar banyak hal dari dialog singkat kami itu, bahwa Hidup ini tempatnya belajar, berusaha dan berserah.

Previous articleRumah
Next articleAku Hidup untuk Siapa?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here