Home CERPEN Papa, Cinta Pertamaku yang Telah Tiada

Papa, Cinta Pertamaku yang Telah Tiada

25
0

Nama: Nur Syafi’ah A. Taher
Jurusan: Perbankan Syariah
Semester: I

Cinta pertama tidak selalu datang dalam bentuk seseorang yang kita temui di luar sana. Bagi aku, cinta pertama itu datang dengan cara yang paling sederhana melalui sosok yang sudah ada sejak aku lahir, yang memanggil aku dengan penuh kasih sayang. Dia adalah Papa, cinta pertama yang tak akan pernah bisa digantikan oleh siapa pun.

Papa adalah orang yang selalu ada untukku, sejak aku masih bayi hingga aku tumbuh besar. Di mataku, Papa adalah segalanya pria yang selalu tahu cara membuat dunia terasa lebih baik, lebih aman. Ada kehangatan dalam setiap kata yang keluar dari mulutnya, ada kelembutan dalam setiap tatapan matanya. Saat aku kecil, tidak ada yang lebih menenangkan daripada berpelukan dengan Papa, mendengar kisah-kisah yang ia ceritakan dengan penuh semangat tentang masa mudanya, tentang perjuangan hidup, dan tentang bagaimana ia ingin melihatku tumbuh menjadi seseorang yang baik.

Aku ingat dengan jelas hari-hari penuh tawa bersama Papa. Setiap kali aku jatuh atau merasa tidak cukup baik, Papa selalu ada untuk mengangkat semangatku. Namun, suatu hari, tanpa peringatan, Papa pergi. Kepergiannya meninggalkan kehampaan yang tak terlukiskan. Hari itu, langit terasa lebih gelap dari biasanya, dan hatiku terasa hampa. Aku duduk di samping tempat tidur Papa, menahan air mata yang tak bisa lagi kutahan. Papa yang dulu selalu ada, kini hanya tinggal kenangan. Betapa sulitnya menerima kenyataan bahwa pria yang selama ini menjadi sumber kekuatan dan cinta, tak akan pernah kembali.

Kehilangan Papa bukanlah hal yang mudah. Setiap sudut rumah ini terasa sepi tanpa tawa cerianya, tanpa suara beratnya yang memanggil namaku. Aku mencoba tegar, mencoba menghadapinya dengan percaya diri seperti yang selalu dia ajarkan. Tapi setiap kali aku merasa jatuh, ada satu hal yang aku lakukan aku menutup mata dan membayangkan wajah Papa. Aku ingat bagaimana ia selalu memberikan pelukan hangat setiap kali aku merasa cemas. Aku ingat bagaimana ia mengusap rambutku dengan lembut, menenangkan saat aku takut akan sesuatu yang tak aku pahami.

Papa adalah cinta pertamaku, dan cintanya tetap hidup dalam diriku. Meski tubuhnya tak lagi ada di sini, cintanya abadi. Ketika aku merasa lelah, aku membayangkan dia di sana, mengawasiku dengan penuh kasih. Aku tahu Papa tak akan pernah meninggalkan hatiku. Cinta pertama itu tak akan pernah pudar.

Hari-hari berlalu, dan meskipun rasanya seperti ada bagian dari diriku yang hilang, aku mulai mengerti sesuatu yang penting. Cinta Papa yang besar telah membentukku menjadi pribadi yang lebih kuat. Setiap hal baik yang aku lakukan, aku tahu itu adalah warisan cinta Papa. Papa selalu mengajarkan bahwa hidup ini adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan, namun dengan cinta, kita bisa menghadapinya. Dan meskipun Papa tak lagi bisa mendampingiku di dunia ini, cintanya akan selalu menjadi pemandu dalam setiap langkah hidupku.

Di malam-malam yang sunyi, ketika aku merindukan pelukan Papa, aku hanya perlu menutup mata dan merasa bahwa dia ada di sini, dalam setiap detak jantungku. Cinta pertamaku, yang tak akan pernah pudar, yang selalu mengingatkanku untuk tetap berjalan, meski tanpa kehadiran fisiknya. Papa, cintamu adalah anugerah terbesar yang pernah aku terima, dan selamanya aku akan menjaganya dalam hati.

Previous articleKarena Selamanya Tak Pernah Benar-Benar Ada
Next articleRumah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here