PALU, LPMQALAMUN.com – Wakil Rektor (Warek) I bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan UIN Datokarama Palu, Dr. Hamka, S.Ag., M.Ag mengungkapkan akan segera merevisi pedoman Karya Tulis Ilmiah (KTI) UIN Datokarama Palu.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa, KTI merupakan hasil penelitian yang menjadi salah satu syarat bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studinya di tingkat perguruan tinggi. Namun, dalam menulis karya tersebut tentunya harus mengikuti pedoman KTI yang telah ditetapkan.
Pedoman KTI UIN Datokarama Palu masih simpang siur di kalangan akademisi, Warek I UIN Datokarama Palu, Hamka mengungkapkan bahwa, pedoman KTI yang digunakan ialah pedoman KTI Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tahun 2020.
“Subtansinya tidak berubah, cuma sampulnya saja yang akan tetapi kami ingin merubahnya dan itu akan dikerjakan oleh tim, kemungkinan ada perubahan-perubahan subtansi berdasarkan hasil diskusi dari teman-teman yang mungkin ada usulan perubahan penyesuaian,” ungkapnya saat ditemui di ruang kerjanya, pada Selasa (30/07/2024).
“Sistem penulisan referensinya masih konvensional dan ke depannya mungkin sudah diharuskan menggunakan aplikasi manajemen referensi, seperti mendeley atau zetero,” tambahnya.
Selain itu, banyak yang mengusulkan agar penelitian kualitatif dipisahkan antara hasil penelitian dengan pembahasan sebagaimana penelitian kuantitatif.
“Dari komposisinya mungkin akan ada pertimbangan untuk diubah, misalnya format layout-nya, komposisi BAB antara penelitian kuantitatif dan kualitatif, karena selama ini di pedoman yang ada itu hanya beberapa jenis penelitian yang memiliki contoh, seperti penelitian pustaka, penelitian lapangan berbasis kualitatif, dan kuantitatif, penelitian tindakan kelas dan RnD,” jelasnya.
“Banyak mahasiswa sekarang yang dosen pembimbingnya menjadi editor, kasihan dosen kalau 100 halaman dia yang koreksi semua, mestinya cukup satu yang dia koreksi, berikutnya anda mengerti sendirilah tidak mungkin dicoret satu-satu,” tambahnya.
Kemudian Hamka menegaskan untuk menciptakan KTI yang sesuai standar perlu kesadaran bersama, harapnya agar ke depannya ada editor final untuk mengedit hasil KTI sebelum diunggah ke repositori kampus.
Di sisi lain, Wakil Dekan (Wadek) I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Datokarama, Syaakir Sofyan juga mengatakan pengalaman ketika menjadi dosen pembimbing dan penguji, yakni mengarahkan mahasiswa untuk mengikuti atuean yang ada dan mengharapkan agar terbiasa dengan ketentuan yang ada di pedoman KTI.
“Contohnya dalam penulisan footnote, nama penulis, koma, spasi, judul buku, kemudian spasi, buka kurung sampai halaman. Mestinya diterapkan mulai dari makalah, kemudian daftar pustaka bagaimana cara mengurutkan sesuai dengan abjad,” katanya.
“Mahasiswa baru mau belajar ketika akan menyusun skripsi, tidak membiasakan diri untuk menerapkan pedoman KTI dari semester satu hingga enam,” tambahnya.
Syaakir berharap agar mahasiswa bisa mengeksplorasi diri untuk mampu memanfaatkan aplikasi untuk menyusun skripsi.
Selanjutnya, salah satu dosen pembimbing di Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) UIN Datokarama Palu, ‘NA’ menuturkan bahwa, pedoman KTI sudah diajarkan selama satu semester pada mata kuliah teknik penulisan KTI.
“Pedoman KTI sudah bagus hanya saja perlu diubah, seperti style pengutipan ibid yang tidak lagi digunakan sekarang. Dalam pedoman KTI mahasiswa disarankan untuk menggunakan aplikasi mendeley, zotero dan sejenisnya dalam mengutip, sehingga kutipan dan daftar pustakanya menjadi seragam,” tuturnya.
Setelahnya, ia mengatakan agar kiranya ada pedoman KTI yang baru dan persamaan persepsi atau lokakarya agar penulisan KTI di setiap fakultas maupun jurusan menjadi seragam, kemudian perlu untuk setiap jurusan mensosialisasikan kepada mahasiswa tentang penulisan KTI dan penggunaan alat bantu atau aplikasi pengecekan ejaan maupun tata bahasa.
Ia juga berharap agar pedoman KTI yang baru bisa lebih rinci dan sistematis, dan mata kuliah teknik penulisan KTI lebih dimaksimalkan serta banyak praktiknya.
Seoarang mahasiswa FUAD, ‘AA’ menjelaskan bahwa pedoman KTI memiliki banyak kekurangan dan yang patut disalahkan ketika sebuah KTI yang masih memiliki kekeliruan, namun tetap di-acc dan diunggah ke repositori, yakni kedua belah pihak.
“Dari pengalaman saya dan diskusi bersama teman-teman, yaitu ada penelitian teman saya yang ditolak oleh jurusannya dikarenakan tidak sesuai dengan jurusannya, padahal teman saya sudah mengikuti pedoman KTI dalam kepenulisannya,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa, ada sebagian dosen pembimbing yang tidak profesional, baik karena ada hubungan kerabat atau hubungan lainnya sehingga bisa meloloskan skripsi mahasiswa dengan mudah.
“Biasa setelah ujian baru direvisi dan yang salah itu pembimbingnya yang tidak teliti, karena memiliki kesibukan dan tinggal meng-acc tanpa melihat typo dan lain hal. Sehingga ketika diunggah masih banyak terdapat kekeliruan,” pungkasnya.
Terakhir, ia berharap agar pedoman KTI nantinya lebih didetailkan lagi, baik itu di tiap fakultas atau jurusan agar mahasiswa tidak lagi kebingungan melihat pedoman KTI.
“Di pedoman KTI 2020 pasti banyak kritikan dari mahasiswa tentang kebingungan yang ia rasakan, dan harapannya kepada dosen pembimbing agar lebih teliti dalam membimbing mahasiswanya agar KTI yang dihasilkan mahasiswa lebih berkualitas, bukan hanya sekedar lulus saja, namun lulusnya harus menghasilkan karya tulis yang dapat membanggakan nama kampus,” harapnya.
Wartawan: Esok