Nama: Muh. Haikal Rizieq
Jurusan: Informatika
Semester: III
Di jantung malam yang dingin, ia duduk sendiri,
lelaki yang lelah menjadi dirinya sendiri.
Tubuhnya rapuh, tapi bukan karena waktu,
melainkan beban dosa yang ia ciptakan tanpa ragu.
Ia menatap cermin,
tapi cermin menolaknya.
Bayangan yang ia temui hanya retakan,
pecahan luka yang tak bisa ia susun kembali.
Setiap langkah adalah penyesalan yang berulang,
setiap nafas terasa seperti hutang.
Ia benci suaranya, benci wajahnya,
benci setiap kenangan yang melekat di kulitnya.
“Apa artinya aku?” ia bertanya pada gelap.
Tapi gelap hanya diam,
seperti tahu,
bahwa lelaki itu tak pantas lagi mendapat jawaban.
Ada malam-malam ketika ia ingin menghilang,
menjadi abu yang tertiup angin,
agar dunia tak perlu mengingat
lelaki yang gagal mencintai dirinya sendiri.
Namun bahkan kematian pun enggan mendekat.
Jadi ia terus hidup,
berjalan dalam lingkaran yang sama,
membenci, mencaci, hingga tak tersisa apa-apa.
Dan ketika pagi datang,
ia masih ada di sana,
tapi tak lagi utuh,
hanya bayang-bayang